Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Sosok Pencuri Mimpi

Diperbarui: 22 April 2016   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar; 4.bp.blogspot.com/-wOGt_LMtu98/Ve0CM33Qt5I/AAAAAAAAAaU/cI-BjaLnr_k/s1600/4286300690_5b2dc5e807_z.jpg"][/caption]

Apakah kau kira akan bahagia? Kurasa tidak!

"Kemanapun kau bawa, tak ada yang bisa kau lakukan pada mimpiku."

Ucapanku tak juga digubrinya. Dia terus memetik satu persatu mimpiku. Padahal aku sudah berteriak. Marah!

Dia kembali memetik setiap babak mimpi malamku dan ke dalam kantong pikirannya. Aku hanya bisa menatap. Sesekali bergerak kecil sebagai tanda agar dia tahu aku hadir.

Realitas sepanjang hari tadi telah menenggelamku ke dalam waktu hingga membuatku lelah. Namun aku masih mampu merajut mimpi. Kelak kujadikan selendang setiap kenyataanku.

Aku tak pernah berpikir untuk berjaga. Bagiku, tempat aku bermimpi cukup aman. Pintu dan jendelanya kokoh. Tanpa kunci.
Kalaupun terbuka atau saat aku tak terbuai, kuyakin tak ada satupun yang berminat masuk, apalagi mengambilnya.

Tapi ternyata aku salah kira. Kini semua telah berubah. Sangat cepat. Banyak muncul bangunan hasrat baru. Bentuknya menarik. Menawarkan ragam pilihan. Aku sering bertandang untuk menuntaskan rasa haus, atau sekedar melepas keingintahuan.

Tapi tanpa kusadari, sebagian rangkaian ionnya melekat dibaju dan tubuhku. Warna kain jadi kusam. Sebagian masuk ke pori-poriku yang terbuka. Menyatu dalam kromosom dan gerak saraf.

Oleh waktu Ion-ion itu membentuk sosok kuat yang tak asing. Sebuah wujud diriku yang lain di sisi gelap.

--------

Pebrianov22/04/2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline