Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Berbalas Pantun dengan Jokowi, Panggung Pesta SBY Cari Penonton?

Diperbarui: 20 Maret 2016   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : http://kendaripos.co.id/wp-content/uploads/2015/10/5529d21e6ea83432398b4567.jpeg"][/caption]

Publik dibuat heran hampir takjub ketika 'Tour de Java' Pak SBY yang tadinya diharapkan sebuah Safari berbagi cerita Inspiratif dan kegembiraan berubah jadi Panggung 'berbalas pantun' dengan Jokowi. Tak ada angin tak ada hujan, Jokowi yang sedang sibuk bekerja diajak berpantun ditengah banyak polemik pemerintahannya.

Tour de Java yang seharusnya kegiatan Outdoor berubah jadi rasa Indoor. Teriakan lepas petanda kegembiraan jadi suara dengung dan gema di dalam ruang lembab dan berbau kurang sedap. Akibatnya, tercipta perbedaan Locus Gonus (jiwa ruang) yang ekstrim, seperti beda ruang kegembiraan dengan ruang pemeriksaan, dan beda kegiatan silaturahmi dengan sidak.

Panggung pak SBY itu memakai Jokowi untuk cari penonton. Rakyat dipaksa jadi penonton sequen masa lalu sambil mendengarkan running teks terjemahan yang terlambat. Mereka dipaksa menatap sejumlah adegan artifisial anak manusia ber-setting masa lalu dan make-up kejayaan.

Apakah pak SBY sedang prihatin di panggung itu?
Tak seperti biasanya beliau prihatin, tapi kali ini tidak. Kini beliau sedang berpesta dan mengajak publik di ruang Outdoor merayakannya di ruang Indoor ciptaannya. Perayaan tentang dirinya yang dulu berjaya.

Publik tentu saja bingung karena pesta itu tentang masa lalu di masa kini. Diharapkan publik selalu ingat bahwa masa lalu adalah perayaan abadi dirinya. Namun itu, tak termasuk begitu banyak kata prihatin yang pernah jadi pengikut langkah.

Kini publik jadi prihatin. Mereka sadar masa lalu tak boleh dilupakan, tapi bukan berarti harus  merayakannya dengan meniadakan masa kini yang ada di depan mata. Masa lalu tak butuh ruang pesta melainkan ruang belajar. Dan itu sejatinya disampaikan oleh sosok Guru bijak, bukan sosok Prihatin yang mendadak jadi biang pesta diri.
---------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline