Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Kursi Ahok yang Seksi namun Angker

Diperbarui: 5 Februari 2016   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Disain Kursi yang Seksi,  sumber gambar : http://static.pulsk.com/images/2013/07/01/51d1b43408fbd_51d1b4340ed36.jpg"][/caption]

Berbeda dengan jaman sebelum reformasi. Jabatan gubernur DKI sebelum jaman itu 'adem ayem' sama seperti jabatan gubernur daerah lain di Indonesia. Cuma bedanya, kalau gubernur ibukota negara, dianggap lebih bergengsi. Namun gaji pokok, soal tugas dan wewenangnya tetap standar gubernur seluruh Indonesia.

Setelah reformasi, gaung jabatan gubernur DKI mengeras dan menjadi pusat perhatian nasional. Apalagi setelah duet Jokowi-Ahok menang yang nota-bene orang luar Jakarta dan awalnya ‘bukanlah siapa-siapa’ bisa mengalahkan tokoh-tokoh nasional yang pernah jadi pejabat diatas Gubernur seperti Hidayat Nur Wahid-mantan ketua MPR.

Gaung jabatan Gubernur DKI tak lepas dari peran media, setelah sejumlah permasalahan kota Jakarta diangkat terang benderang. Sangat kompleks. Dan 'ternyata bikin malu' sebagian pihak karena masalah itu turun menurun tak terselesaikan di era sejumlah gubernur sebelumnya. Padahal Jakarta dihuni banyak orang pintar, punya dana pembangunan yang besar, rakyatnya dianggap 'lebih kritis, rasional dan cerdas' dibandingkan wilayah lain di Indonesia yang 'masih terbelakang'. Nyatanya, masalah DKI masih menyuruk hal-hal dasar ; kampung kumuh, kemiskinan infrastrukturnya, banjir, bahkan pelayanan dan terdapat fasilitas publik seperti sekolah dasar dan puskesmas ada yang minim dan tak beda dengan daerah lain yang masih ‘terbelakang’.

[caption caption="Ilustrasi ‘Meme Gaya Ahok’, sumber gambar : http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/737353/big/046026600_1410775759-ilustrasi-lipsus-ahok-140915b.jpg"]

[/caption]

Gaya Ahok ala Preman dan Kegeraman sebagian Politikus

Hadirnya Ahok memimpin Jakarta dengan gaya khas ‘keras ala preman’ menyentak publik nasional. Sebagian publik menganggap apa yang dilakukan Ahok dengan gaya tersebut memang sudah sepantasnya mengingat Jakarta memang wilayah yang keras. Ibu tiri saja kalah kejam dari Jakarta ! Celakanya, dengan gaya diluar kebiasaan pemimpin DKI yang pernah ada, Ahok ternyata masih dianggap ‘orang lain’. Setting ‘takdir dirinya’ yang bukan bagian dari mayoritas secara keyakinan dan ras menjadikan posisi kursi yang ditempatinya bikin gemes sebagian masyarakat dan politikus. ‘’Jakarta adalah barometer Indonesia, harusnya setting diri Ahok yang bukan representasi Indonesia tidak berada di kursi itu, dia tidak pantas, dia harus turun!’

Kegemasan mereka bukan berupa kasih sayang. Bukan ingin memeluk dan mengasihi dalam kebersamaan memiliki, melainkan kegemasan yang berbentuk kegeraman untuk menyingkirkannya. Ketika segala upaya dalam masa jabatan berjalan tidak berhasil menjungkirkan Ahok, maka saatnya pun tiba di Pilgub DKI2017.

Celakanya lagi, saat menjelang akhir masa jabatan itu, eksitensi Ahok justru menguat dimata sebagian besar publik Jakarta dan nasional. Hasil survey masih menempatkan dirinya di peringkat atas dalam hal elektabilitas. Lebih dari itu, sosoknya memang tampak lebih populer dan menjadi media darling. Sosok Ahok terlihat sangat kuat.

[caption caption="Gambar Abraham Maslow, sumber gambar : https://carolmapley58.files.wordpress.com/2013/05/quote-what-is-necessary-to-change-a-person-is-to-change-his-awareness-of-himself-abraham-maslow-121081.jpg?w="]

[/caption]

Seksinya Kursi DKI 1 dan Campur Tangan Abraham Maslow

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline