[caption caption="Gambar Jagung Bakar || sumber gambar ; http://caraka-online.com/wp-content/uploads/2014/12/jaggs-1038x576.jpg"][/caption]Sehari menjelang pergantian tahun disudut-sudut pasar, tepi jalan, warung, dan beberapa ruang publik banyak lapak penjual jagung. Lapak itu terkadang berdekatan dengan penjual mercon dan kembang api.
Munculnya penjual jagung dadakan merupakan fenomena 'biasa' setiap akhir tahun. Namun bila disimak lebih jauh akan muncul pertanyaan ; "Kenapa jagung yang dipilih? kenapa harus bakar jagung? Bukankah bakar jagung itu repot. Kenapa bukan buah lainnya, misalnya buah jambu, buah jeruk, apel atau anggur yang tidak perlu repot membakarnya bisa langsung disantap?
Jagung yang dijual ditumpuk didalam keranjang, diatas meja atau di bak mobil pick up. Tak jarang ada penjual gerobak keliling yang masuk-keluar gang menjajakan jagung. Mereka seolah berpacu dengan 'deadline' jam 00 dimulainya 1 januari.
Jagung yang dijual tentu saja masih 'segar dan utuh' seperti baru dipetik dari tangkainya. Jagung itu masih terbungkus daunnya, berjenggot panjang dan menyisasakn tangkai. Seolah jagung itu 'berbaju' lengkap menyongsong tahung baru.
[caption caption="http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/jagongrat.jpeg"]
[/caption]
Sungguh 'sial' nasib si Jagung. Sudahlah berbaju lengkap, tapi nantinya bakal ditelanjangi setengah bada kemudian dipanggang di bara api.
Tradisi manusia urban di Indonesia menjelang akhir tahun selalu berubah-ubah. Namun urusan 'bakar jagung' tetap tak berubah. Ini terjadi dibanyak kota di negara kita ini. Seolah bergadang menyambut tahun baru tak lengkap bila tak bersama jagung.
Sungguh besar jasa jagung bagi sukacita kaum urban menyambut tahun baru. Jagung itu naik gengsinya diantara tanaman lainnya. Kalau jagung bisa ngomong, walau harus dipenggal dan dibakar atau direbus, jagung akan bicara atau teriak kegirangan mengejek tanaman lainnya seperti ubi, beras, kentang, sagu; "haloooww liat nih friend gue laku, booo !" Pada saat itu mendadak Jagung jadi penganan kelas satu karena banyak diburu orang.
Namun herannya, setelah malam pergantian tahun baru, nasib jagung kembali jadi 'rakyat biasa' di republik tanaman pangan. Dia akan tertunduk malu dengan kentang dan padi (beras). Orang tidak lagi memburunya, malah sebaliknya memburu kentang atau beras (padi) sebagai kebutuhan rutin rumah tangga.
[caption caption="http://www.medanbisnisdaily.com/imagesfile/arsip/201108091036345281.gif"]
[/caption]
Nasib jagung diakhir tahun berbanding lurus dengan nasib petani pemiliknya. Mereka mendadak 'kaya'. Namun setelah itu kembali seperti biasanya.