[caption caption="Ruang Resepsi Istana Negara || sumber gambar ; http://polaris.bluefameupload.com"][/caption]
Terungkap, seorang Kompasianer norak turut diundang ke Istana. Siapa dia?
Sebenarnya masalah ini relatif sensitif. Hal yang sensitif bila berlangsung lama dan tak terkontrol bisa membuat suasana batin tidak nyaman. Bisa bikin blunder yang berakibat rusaknya relasi dengan lingkungan. Oleh karena itu hal sensitif perlu diungkapkan agar tak lagi menjadi sensitif terutama setelah muncul polemik.
Tentu ada pertanyaan, siapa orang norak itu?
Tentu harus punya sikap yang tegas dan keberanian untuk mengatakannya. Walau nantinya akan dihujat, dibuliy, dilecehkan, atau pun dijauhi sebagian orang. Tak masalah bagi si Norak, kebenaran harus diungkapkan. Dan kelak, anda akan tahu sendiri setelah membaca artikel ini sampai habis agar tidak ikutan norak.
Menurut kamus KBBI, Norak adalah ; "merasa heran atau takjub melihat sesuatu; 2 sangat berlebih-lebihan; kurang serasi (tentang dandanan dan sebagainya); kampungan: "
(sumber ; http://kbbi.web.id/norak)
Pertanyaan berikutnya, kenapa Kompasianer tersebut Norak? Inilah yang jadi isi artikel ini. Tapi sebelumnya pembaca harus memahami dulu defenisi Norak, agar tak terjadi gagal paham yang berefek pada hil-hil yang mustahal, apalagi bila berimbas ke pihak lain yang tidak Norak, wah ! Bisa hancur gula di adukan kopi hangat. Bisa rusak susu sebesar belanga. Bisa panas Balaaam ! Apalagi bila pembalutnya tipis dan tak pakai wondergel. Bocooor...bocoor !
Kompasianer Norak dan Undangan dari Istana
Kompasianer Norak ini orang kampung yang menganut Norak-isme jauh sebelum republik ini berdiri. Karena faham itulah ditengah ragam pendapat dan potensi dikritik maka dia berlaku tanpa malu-malu, tanpa ragu, tanpa pretensi yang negatif, tanpa rasa gundah gulana, tanpa mikir yang aneh-aneh, rela dan tabah dikatain penjilat, rela dan tabah berada dalam kontroversi apapun.
Tadinya si Kompasianer itu mengira diundang ke Istana Negara via telpon mbak Admin karena menduga salah satu alasannya dia menjadi Nominee Kompasianer of The Year. Cuma itu yang dia tahu. Mendapatkan semacam 'ex officio'. Atau justru semacam Wild Card. Tapi perkembangan berita belakang justru terjadi kontroversi tentang kriteria di kalangan sejumlah Kompasianers, yang juga adalah kawan-kawan si Kompasianer Norak ini.
[caption caption="Foto Kartu undangan jamuan makan siang. Setelah acara usai, saya dengan gaya norak maju ke depan minta tanda tangan pak Jokowi. Akhirnya dapat juga. || sumber foto ; Dok.Pribadi"]
[/caption]
Dasar si Kompasianer Norak, dia tak ambil pusing. Kenapa? Karena dia Kompasianer Norak. Titik! Yang dia jalankan adalah faham Norakisme-nya, sembari menghargai apapun cap, labeling, stigma yang bakal diberikan kepada dirinya sebagai salah seorang yang diundang ke Istana Negara.