[caption caption="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQBKNVe20tOtFnAZ99m5c3idY4Q-DELsemsuOR-OHOEBTV9xAQPpg"][/caption]
Hujan bagai tumpah malam itu. Memadamkan seluruh penerangan kota. Gelap gulita. Hanya beberapa lampu cadangan menyala di setiap deret rumah. Namun itu tak mampu mengantikan terang kota sebenarnya.
Antara sadar dan mengantuk, aku tersadarkan oleh dentuman. Seperti ada yang jatuh di halaman belakang rumah.
Tempat itu cukup luas. Biasa digunakan anak-anakku bermain pada siang hari. Berkemah. Petak umpet. Berlari di antara pohon buah yang belum tinggi.
Sekelilingnya kupagari tembok 2 meter lebih. Petanda teritoriku.
Kembali terdengar suara. Berulang. Sangat keras. Diselingi suara menyalak si Micho di kandangnya.
Tak seperti biasa, suaranya aneh...
Pasti ada sesuatu asing di sana. Pencuri, kah?
Hujan dan gelap tentu peluang emas baginya.
Aha ! Dia masuk terotoriku. Cari mati dia ! Cari mati dia !
Aku harus bertindak. Tak mau menunggu lama, segera kuraih senapan rakitan untuk berburu babi, dan sebilah mandau dari balik lemari. Kulingkarkan di pinggangku
Perlahan aku ke halaman belakang, merapat ke dinding dan sudut ruang. Aku hapal setiap sudut teritoriku.
Aku bersembunyi. Memantau situasi. Dalam gelap dan hujan yang tumpah, kemana si Pencuri bersembunyi? Dibalik batang pohon rambutan itu, kah? Tidak mungkin, karena pasti bisa kulihat. Ukuran batangnya belum mampu menyembunyikan tubuh manusia.
Kulihat di pojok kanan, ada dua pelepah kelapa tergeletak. Apakah pencuri itu masuk lewat pohon dari luar sana? Lalu kemana dia ?