[caption caption="http://cdn.klimg.com/vemale.com/headline/650x325/2014/11/liburan-akhir-pekan-makin-meriah-dengan-pesta-kembang-api-di-baywalk-mall.jpg"][/caption]
Tulisan ini diinspirasi artikel Alan Budiman ; "Soal Gayus, Kompasianer Mudah Diprovokasi dan Tidak Fokus".
Pandangan saya sedikit berbeda dengan Alan Budiman. Tak bermaksud mempertentangkannnya, melainkan hanya memberikan sebuah sudut pandang lain. Kiranya bisa memperkaya wacana kita di Kompasiana.
Ketika heboh Gayus didentikkan dengan Pakde Kartono sontak semua mata tertuju ke sosoknya. Banyak Kompasianer kemudian menulis tentang Dwi Tunggal GT=PK.
Sosok GT-PK yang fenomenal telah menjadi kunci bermulanya Kompasianer menulis. Mungkin akan berbeda kejadiannya bila PK dan GT adalah 'orang biasa'. Karena fenomenal Dwi Tunggal itulah PK-GT menjadi 'santapan lezat' para Kompasianer.
Ragam tulisan pun muncul dengan beragam genre dan sudut pandang. Semua diangkat para penulis dengan penuh sukacita berpesta aksara penuh pesona. Bukan hanya tulisan yang bersifat formil-serius, namun juga bersifat hiburan. Dari Non-Fiksi menjadi Fiksi. Dari fokus inti kasus ke sublimitas pribadi Dwi Tunggal GT-PK.
Maka tak bisa dielakkan terciptalah ragam warna tulisan tentang dwi tunggal GT-PK. Dari yang fokus masalah ke 'tak fokus masalah'
Pertanyaannya adalah, apakah pesta pora aksara para penulis (Kompasianer) itu salah?
Saya berpendapat 'Tidak ada yang salah , sejauh TOC tidak dilanggar. Sejauh tulisan itu 'Tidak Dihapus Admin'. Lho, kok admin? Ya iyalah, karena adminlah yang punya kuasa menghapus tulisan yang dianggap 'Salah', selain si Penulisnya. Heuheuheu..
Kompasiana memiliki banyak penulis, banyak pemikiran, banyak berpunya informasi, banyak kepentingan berkompasiana, dan banyak lagi hal yang menjadi setting diri para penulis. Disisi lain, Kompasiana menyediakan banyak kanal untuk kaum Kompasianer mengekpresikan dirinya atas fenomena yang diketahui, dilihat, dipikirkan dan dirasakannya.
Apa yang tersaji di Kompasiana berkaitan dengan Dwi Tunggal adalah sebuah pesta dengan konsep Prasmanan. Ada banyak menu nikmat tersaji. Semuanya untuk pengunjung Kompasiana. Tinggal pengunjung Memilih, mau nasi lengkap (Tulisan serius fokus) atau hanya minuman ringan plus camilan. Mau duduk di kursi dengan meja bundar bertaplak sambil mengerutkan dahi, atau ambil posisi berdiri sambil ngobrol dan terkakak-ngakak tanpa terkangkang-kangkang. (Tak boleh terkangkang-kangkang, ya ! Maluu, tau !)