[caption caption="http://img.antaranews.com/new/2011/10/ori/2011102542.jpg"][/caption]
Gayus keluar Lapas Sukamiskin, Bandung sekitar pukul 14.05 WIB menuju ke Lapas Gunung Sindur Bogor. Satu mobil Patwal Polrestabes Bandung dan satu mobil Ranger dari Sat Sabhara Polrestabes Bandung mengapit mobil Innova.
(sumber berita : detik.com).
----------
Gegap gempita Gayus di Bandung berakhir sudah. Kini dia pergi dari kotaku tercinta. Tentu banyak kenangan gelap yang dia tinggalkan.
Sebagai seorang Mega Bintang Napi, Gayus telah sukses menghingar bingarkan jagat hukum dan media melewati batas lapas Sukamiskin. Bukan cuma sampai Dago atau stadion Jalakharupat, tapi ke seluruh negeri. Bahkan hingga ruang angkasa-mengingat banyak satelit telekomunikasi yang nongkrong di sana.
Dia tembus tebalnya dinding Lapas Sukamiskin untuk masuk ke celah kecil dinding idealisme Kompasiana. Dan, sejenak dibikinnya gempa besar sepanjang sejarah Kompasiana. Guncangannya sungguh dahsyat !
Banyak penghuni dibuatnya kelimpungan. Antara percaya dan tidak. Antara ada dan tiada. Hadirnya bagai sosok hantu di siang bolong. Tanpa lelehan larva, hanya bau gas yang tak tampak. Bukan rumus kimia belerang SO2 yang dia bawa. Bukan ! tapi hanya mirip H2S. Hanya mirip ?
Gayus masuk Kompasiana tanpa pakai rumus. Bagi sosok supersar seperti Gayus, rumus hanya pepesan kosong kaum pintar, bukan kaum cerdik culas dan lihay seperti dirinya.
Ditengah goncangan, semua mata penghuni Kompasiana memandangnya penuh takjub bercampur kesal. Jadi satu adonan seperti dua gelas juice yang tersaji di Mall.
Setiap penghuni Kompasiana limbung. Mencari pegangan agar tak jatuh. Dinding Kompasiana retak. Meja, kursi dan pot bunga berserakan. Tak ada yang bisa dijadikan pegangan. Mereka justru saling terseggol, tertabrak, tercakar, dan terduduk nanar. Admin pun tak tinggal diam. Segera bersibuk sembunyi di bawah meja kerja, sesuai prosedur standar menghadapi gempa.