Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Kutemani Kau Bermimpi Menghujamku, Desol !

Diperbarui: 4 September 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ;http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2015/05/25/545014/670x335/10-jenis-gangguan-tidur-paling-menakutkan-dapat-berujung-kematian.jpg"][/caption] 

Desol, satu momentum tak kau kira.

Duduk aku di tepi ranjangmu. Begitu dekat wajahku di bibir mu yang merah merona. Merekah. Penuh hasrat.

Mungkin takdirku lelaki bangsat.
Kala itu kau bermimpi. Dan ketika malaikat lengah. Dengan kecepatan sejuta tahun cahaya kupunya. Kugumuli kau !
Saat itulah kau jadi megasubordinat jiwaku.
Separuhnya kuselipkan hasrat primitifku.

Marahkah malaikat usai lengahnya? Tidak !

Malaikat sangat fair, Desol !
Dia tahu, saat hasratku berpesta. Luka rindu lalumu kugantikan dengan cinta putihku.

Saat kau melenguh di bibirku, saat itu pula mata malaikat berkaca-kaca. Berpeluk dia dengan iblisku. Mereka larut haru. Tak pernah mereka miliki masa lalu bersanggama dengan masa kini. Membawa masa depan. Seperti kuhadirkan dipembaringanmu.

Mereka haru karena kerinduanku itulah sebuah jiwa yang diberikan Tuhan saat meniup gumpalan patung tanahku.

[caption caption="http://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2015/07/31/tatkala-malaikat-dan-iblis-menangis-bersama-55bb644f0ab0bd7f0eeebd12.png?t=o&v=760"]

[/caption]

Desol. !

Dibibir pembaringanmu, lekat aku menatap keindahanmu. Bulu-bulu halus dikeningmu merunduk. Tersipu. Oleh dengus nafasku.
Pori-porimu membuka. Menyedot aura biruku. Dipadamkannya merah bara dendam mu. Merasuk ke serat-serat tubuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline