[caption caption="sumber gambar ; http://www.jakartanewslink.com/wp-content/uploads/2014/12/13949414901706224598-200x120.jpg"][/caption]
Mohon pembaca Kompasiana bisa jaga rahasia ini. Aku tak enak hati kalau sampai Ninoy Karundeng tahu. Nanti dia marah-marah. Jadi cukup hal ini antara aku dan pembaca saja.
Dulu waktu acara Kompasianival2014 aku cari-cari dia. Ternyata duduknya di depan. Itu disampaikan oleh Kompasianer Achmad Suwefi, saat kami gosiip soal sepakbola. Kemudian diperkuat oleh Fitri Manalu, Kompasianer dari Sumatera yang duduk di depanku.
Ninoy datang sendiri di acara itu. Sebagai wakil presiden penyair Indonesia, dia tidak datang bersama Presiden. Jadi kupikir pasti saat itu dia sedang ditugaskan mewakili Presiden yang berhalangan hadir. Biarlah, itu urusan dia. Salah sendiri kenapa mau jadi wakil presiden?
Saat itu Ninoy pakai kacamata hitam padahal acara dalam ruang aula indoor.
Aku ragu menyapa karena awalnya kukira tukang pijit keliling yang disediakan panitia untuk para Kompasianer. Sempat sekali sekali seperti Spiderman karena kaca matanya mirip si Hero sang Manusia Laba-Laba. Tapi begitu lihat pinggang ke bawah, buyarlah semua itu karena Ninoy pakai sarung. Mungkin habis sunat-belum kering dan keburu ikut Kompasianival.
Ninoy Karundeng adalah kawanku. Rajin dan senang menulis secara cadas soal politik. Hampir setiap tulisan politiknya aku baca. Buat nambah wawasan. Aku suka imaginasinya serta keliaran dan keberanian melakukan penetrasi di celah sempit dan lembab politik.
Tentu aku tak bisa seperti Ninoy. Makanya aku omongkan ini.
Tulisannya lebih banyak soal politik. Banyak pembaca jadi gemes dan geram membaca artikelnya. Tapi bagai panser Jerman, dia maju terus dengan hati gembira ria senang sentosa ria suka-cita pesta-pora suka-suka menari menyanyi bahagia senantiasa selamanya.
Dulu hampir tak pernah dia menulis soal humaniora, yang menandakaan dia seorang wakil presiden penyair. Di artikel politik, kata-katanya terlalu lugas, tak bermethapora puitis layaknya Bang Dosmand si Puisi Wan. Tak seperti Adhieyasa si Prosa Man. Tak seperti Pakde Kartono si Genit Man. Tak juga seperti Pebrianov si Lebay Boy yang Tengil.
Kelugasan Ninoy mirip Mike Reyssent yang suka berapi-api. Mungkin karena milik Ninoy panjang sementara Mike suka yang panjang. Makanya mereka satu Genus, yakni Panjang nan lugas. Jadi Klop lah, tak terbantahkan.