[caption caption="http://www.ellenscott.com/es/wp-content/uploads/2010/02/liminal02.jpg"][/caption]
Ribut soal MOS dan Opspek seperti karnaval lewat pasar kulakan. Siapa berparade, siapa yang menonton tak jelas. Sementara kegiatan pasar kulakan tetap berjalan dengan kesemprawutannya, disisi lain Karnaval tak menjadi panggung sakral bagi mata dan hati di kawasan itu.
Kegiatan MOS sebagai 'awal gerbang' masuknya siswa baru (SMP-SMU) dan sebentar lagi akan ada Opspek sebagai 'awal gerbang' sang kakak, selaku mahasiswa baru.
Kenapa Awal Gerbang bukan Gerbang Awal?
Kalau 'Awal Gerbang' berarti belum masuk gerbang sesungguhnya. Sedangkan 'Gerbang Awal' sudah masuk gerbang pertama. Akan ada gerbang-gerbang lain yang bakal dilewati.
Pada terminologi 'Awal Gerbang ; siswa atau mahasiswa akan menjalani suatu kondisi tertentu yang sengaja diciptakan secara sistematis sehingga mereka mengalami sesuatu yang baru diluar yang sebelumnya pernah mereka rasakan. Bahasa kerennya mereka mengalami Liminalitas.
Awal gerbang tersebut menjadi 'sebagai ruang yang menempatkan siswa atau mahasiswa di satu sisi seolah berada pada bentuk ruang baru (sekolah atau universitas), namun mereka belum sampai pada wujud dunia sekolah atau universitas sesungguhnya-sebuah dunia yang 'lebih tinggi' dari sebelumnya. Disitu mereka sudah meninggalkan 'dunia lama' namun belum mengalami total dunia baru di perjalanan pendidikannya masa kini.
Orientasi VS Simbol Artifisial yang Sesat
Kegiatan MOS dan Opspek (memuat huruf O sebagai frasa Orientasi) sebagai ritual tahunan telah terbangun sistematis dan jadi lelucon menakutkan di dunia pendidikan kita. Adanya Semboyan "Menciptakan Generasi Penerus Bangsa yang Cerdas, punya ahlak, berbudi luhur, jadi tauladan dan bla...bla..bla..sebagai sebuah Orientasi kemudian menjadi banci atau terpancung ketika sedang berada di ruang "Liminalitas' itu.
Para siswa atau mahasiswa dijejali simbol-simbol fisik yang artifisial-tak relevan dengan simbol 'dunia baru'. Apa yang mereka kenakan tak mewakili keseharian dunia baru nantinya. Hal ini justru menjauhkan-mengaburkan arah Orientasi tersebut. Yang tercipta justru disorientasi !
Kumpulan orang dalam keadaan Liminality.