Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Hilang Kanal, Malu Tumbuh Berganti di Kompasiana

Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beberapa Kompasianer mempertanyakan hilangnya beberapa Kanal favoritnya ke Admin.

Saya hanya bisa menyimak riuh rendahnya, sembari bergaya sok tahu secara paripurna.

Ragam argumentasi telah mereka kemukakan. Tapi admin tak bersuara.

Kanal Pendidikan bertanya, admin tak menjawab.
Kanal Hukum menuduh, admin tak membela diri.
Kanal Humor protes, admin tak ada yang tertawa sedikit pun.

Saya heran mengapa demikian. Padahal yang datang bukanlah KPK yang bisa bikin lutut admin gemetaran.

Bukan lelaki tampan yang bisa bikin adminwati cenat-cenut, atau perempuan muda cantik nan seksi yang bisa bisa jakun adminwan turun naik.

Bukan pula hantu kuntilanak yang bisa bikin admin ketakutan sampai terkencing-kencing.

Kanal Hukum raib, dianggap sudah masuk politik. Masih dimaklumi karena jaman kolonialisme Kompasiana lama, kanal Hukum merupakan underbow kanal Politik.

Kanal Pendidikan lenyap, dimirip-miripkan humanior karena masih undebow Humaniora.

Paling menggenaskan adalah kanal Humor. Bungkusnya hilang, tapi isinya disuruh numpang ke Hiburan. Padahal dulu Humor merupakan kerajaan merdeka. Walau tidak kaya raya seperti politik, tapi warganya sejahtera dan bahagia.

Kanal Humor memang paling menyedihkan.
Mereka bisa bikin orang ketawa kapanpun, dimanapun, dan tentang siapapun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline