Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Mencapai Gelinjang Orgasme di Kompasiana

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aufeminin.com

[caption id="" align="aligncenter" width="539" caption="aufeminin.com"][/caption] Menulis artikel di Kompasina adalah sebuah kenikmatan, yang dalam faham gatokisme sebelas-duabelas dengan kenikmatan sex. Kok bisa begitu? Artikel ini akan menyingkap sedikit hal tersebut, dan ditujukan bagi anda yang menginginkan misteri gelinjang orgasme. Kalau dalam sex, orgasme dicapai dari aktifitas organ seksual dan otak. Tanda-tandanya ada bagian tertentu dari organ seksual yang berkedut-kedut. Heu..heu..sementara pada penulisan artikel disebut orgasme intelektual karena tercapainya kepuasaan intelektual atau pikiran. Tanda-tandanya banyak ragam sesuai karakter setiap orang, ada yang tersenyum sendiri di depan layar monitor, ada yang diam-diam meneteskan airmata haru karena tidak percaya tulisannya berhasil dibuat, ada yang justru cuek dan segera beres-beres dan pergi begitu saja, bahkan ada yang hanya bagian hidungnya saja berkedut-kedut. Untuk mencapai orgasme menulis ada banyak cara dan gaya yang bisa dilakukan. Selain itu juga dibutuhkan daya tahan yang cukup dan muka tebal yang oot. Kombinasi cara, gaya, daya tahan dan muka tebal menjadi syarat mendasar untuk melakukan aktifitas awal membuat tulisan. Cara dan gaya tergantung kepada setting minat dan bakat masing-masing penulis. Mana enak dan gampangnya saja untuk mengelaborasi letupan hasrat, ide dan imaginasi. Agar lebih kaya gaya disarankan untuk sering-sering melihat cara dan gaya para penulis lain dalam melakukan pencapaian orgasme menulis-nya. Walau kadang, belum tentu cocok bagi anda namun setidaknya bisa dijadikan acuan. Bukan untuk ditiru tapi sebagai pembanding sekaligus memacu keluarnya kelenjar gaya dan cara yang tersimpan dalam diri kita. [caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="www.esquire.co.id"]

www.esquire.co.id

[/caption] Daya tahan diperlukan dalam masa ingkubasi (uring-uringan) yakni proses menjinakkan dan mengendalikan letupan-letupan ide liar yang harus disusun dalam kalimat terstrukur agar mudah dimengerti. Bila daya tahan lemah bisa menyebabkan ide yang tadinya menempel dalam hasrat tidak akan jadi tulisan. Ide tinggallah ide, sementara hasrat pun layu sebelum berkembang. Disisi lain, imaginasi yang semula sebagai doping pun hilang entah kemana. Seringkali ide hanya berputar hanya di situ-situ saja sehingga bikin putus asa, kesal dan bahkan timbul penyakit mutungistis atau merajukistis menulis. Akhirnya karena bawaan emosi tinggi, draft tulisan pun ditinggalkan begitu saja sehingga menjadi dingin dan basi. Kalau sudah begitu jangan harap akan mencapai orgasme. Yang muncul justru uring-uringan yang tak berkesudahan. Rasain, lu! Muka tebal yang oot erat kaitannya dengan daya tahan. Dalam hal seksual muka tebal yang oot muncul saat momentum orgasme, yang merupakan ekspresi eksotis-alamiah. Namun dalam menulis, muka tebal yang oot justru harus terjadi pada proses membuat tulisan. Artinya jangan takut terlihat oot karena tulisan anda. Teruslah manjakan hasrat menulis sampai tulisan benar-benar tuntas. Dan ketika anda selesai, tetaplah pertahankan muka oot tersebut karena bisa jadi anda sendiri orgasme intelektual tapi pembaca tak mencapai kepuasaan apapun ! Pada situasi seperti itulah sesungguhnya eksistensi seorang penulis Kompasiana sejati diuji. Selamat mencapai orgasme. Salam sejahtera hanya untuk saya semua.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline