Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Perempuan Makan Porsinya Segunung, Pantaskah?

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422352166702714189

[caption id="attachment_366274" align="aligncenter" width="350" caption="gambar 1 ;https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2011/03/"][/caption]


Wuuih ! Cantik-cantik kok Srilapar? Makannya kayak kuli, boo ! Berkurang deh cantiknya.


Kegiatan resmi atau tidak resmi seperti resepsi perkawinan atau selamatan atau hanya sekedar rutinitas hari kerja acara makan-makan merupakan moment yang ditunggu-tunggu Tuntutan 'kampung tengah' seolah menjadi wajib dipenuhi terutama saat lapar dan pas jam makan. Sungguh momentum yang sangat nikmat.


Secara diam-diam saya selalu mengamati cara orang makan, khususnya kaum Perempuan. Ada sesuatu yang menarik, mulai dari menu yang mereka dipilih, cara mengambil makanan, banyaknya porsi dan cara mereka makan.


Sering mendapatkan hal menarik ; perempuan berwajah cantik atauberpenampilan fisik menarik yang mengambil porsi makanannya segunung ! Aduh, ini Perempuan lapar banget ya, atau ukuran lambungnya super besar?Bila melihat cara makannya yang lahap, sampai wajahnya pun berkeringat, sering mengingatkan pada para tukang bangunan Saya di proyek !


Muncul pikiran yang 'aneh dan tidak etis' menilai dan menyayangkan cara si Perempuan ; 'Cantik-cantik kok Srilapar !'


Melihat perempuan dengan makanan segunung d piringnya secara tiba-tiba menurunkan Nilai si Perempuan dimata saya ! Aneh, bukan? Dan herannya kalau melihat laki-laki melakukannya saya anggap biasa-biasa saja. Sunggguh penilaian yang tidak adil.


Padahal, makan itu adalah hak setiap orang 'yang dilindungi undang-undang kuliner pasal sekian junto bla..bla..bla!' Isinya mengambil porsi makanan tidak membedakan laki-laki maupun perempuan, status sosial, kasta, dan penampilan fisik. Apalagi toh si Perempuan tidak merugikan orang lain, tak merugikan negara dan memperkaya pihak lain.


Perempuan itu hanya meninggalkan alat bukti nyata bahwa makanan segunung di hadapannya merupakan hak dan tanggungjawab pribadi. Titik.


[caption id="attachment_366275" align="aligncenter" width="650" caption="sumber gambar :http://www.nuga.co/wp-content/uploads/2013/05/wanita-banyak-makan-130504b-650x360.jpg"]

14223524211369325742

[/caption]


Okelah kalau di resepsi pesta setiap orang seolah aji mumpung makan gratis tapi kalau makan di kantin prasmanan yang ambil menu dan bayar sendiri, kenapa harus muncul penilaian saya ; 'ndak enak dipandang mata', 'ndak etis', yang ujung-ujungnya mengurangi Nilai si Perempuan? Toh, duit-duit dia sendiri dan perut-perut dia sendiri ! Heuheu..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline