Lihat ke Halaman Asli

Cerita di Antara Pagi, Siang, Sore, dan Malam

Diperbarui: 16 April 2018   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Siang, banyak cerita tersimpan yang kukira telah menghilang

ternyata, hanya tertutup bayang-bayang

Siang ini benar-benar panas, tidak hanya cuaca di luar tapi juga kepala beserta isinya. Aku pusing memikirkan ceritaku yang hilang. Sebenarnya aku tidak yakin cerita yang telah aku tulis itu masih ada di laptop putihmu atau tidak, tapi aku yakin tentang satu hal, bahwa kamu pasti akan menghapus ceritaku. Di saat seperti ini bukan laptop atau kamu yang aku khawatirkan, tapi cerita yang telah aku tulis dengan mengorbankan tiga puluh malam dengan hanya tidur tidak kurang dari dua jam setiap harinya. Aku takut. Benar-benar takut jika cerita itu akan benar-benar hilang. Kamu tahu pasti betapa aku membanggakan cerita itu kepadamu.

Aku mengubek kotak masuk email, barangkali kamu iseng telah mengirimkannya padaku tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Nihil, tidak ada pesan masuk darimu barang satupun. Mungkin semua akan lebih mudah jika aku masih bisa menghubungimu, menanyakan apa kamu masih menyimpan laptop putihmu.. ah bukan, lebih tepatnya apa kamu masih menyimpan ceritaku yang kutitipkan di salah satu folder datamu. Tapi, kamu telah memutus semua media komunikasi denganku sejak dua bulan terakhir ini.

Aku membutuhkan cerita itu, karena cerita itu belum selesai, masih menggantung. Aku harus segera membuat kalimat penutupnya agar cerita itu utuh hingga akhir, entah itu sad endingatau happy ending,aku belum memutuskannya. Sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin buatku untuk menulisnya ulang, karena aku tidak mau menulis lagi cerita yang sama sebanyak dua kali. Kalaupun aku menulis, tentunya aku akan menulis cerita dengan tokoh dan alur cerita yang berbeda.

"Bip" suara notifikasi email masuk. Aku membukanya, karena tidak kenal siapa pengirimnya, hanya subjek email yang langsung menarik perhatianku.

lanjutkan ceritamu, Sekar.

Ada namaku tertulis di sana. Tidak ada pesan apapun di badan email selain tulisan sebuah nama. Aksara, dan sebuah lampiran file ceritaku yang ada di laptop putihmu. Meskipun aku tidak ingat pasti, aku yakin dulu aku telah membuat lebih dari 150 halaman, tapi tidak lebih dari 200. Sementara file cerita yang terbuka di hadapanku ada 212 halaman. Ada 50 halaman dengan cara penulisan yang aku kenal. Tulisan Aksara.

Perlahan aku membaca lima puluh halaman, hingga aku terpaku di kalimat terakhir pada paragraf penutup.

Sekar, ceritamu selama ini tidak hilang, masih utuh seperti sedia kala. ceritamu masih tentang aku, maukan kamu melanjutkan cerita itu lagi denganku?

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline