Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Burung Merpati dan Segenggam Jagung

Diperbarui: 22 September 2017   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dok.pribadi

Pagi sudah hampir beranjak, tugas matahari pagi untuk memberikan kehangatan akan segera berakhir. Pun dengan beberapa orang yang duduk menikmati hangatnya sinar matahari mulai membereskan tikar, kotak sarapan mereka, karena panas sudah mulai menyapa. Para orang tua beranjak, tapi tidak dengan anak-anak kecil yang semakin siang semakin bersemangat untuk datang ke taman ini.

Kota kecil ini hanya memiliki satu taman yang terdapat di sebelah barat batas kota. Taman itu tidak besar, tapi cukup menyenangkan untuk didatangi di tiap akhir pekan bersama keluarga ataupun pasangan untuk sekadar mencari hangatnya pagi, atau piknik ringan dengan membawa beberapa bekal dari rumah untuk dimakan di sini sambil menunggu anak-anak bermain.

Taman ini ada sejak kota ini mulai dibangun, selalu ada perbaikan, penambahan, atau pengurangan oleh Dinas Taman Kota agar semakin cantik. Namun, dari semua perbaikan tersebut ada satu hal yang tidak pernah terusik dari awal yaitu pagupon burung merpati yang terdapat di atas pohon yang letakknya tepat di tengah taman. Entah kenapa setiap melihat pagupon di atas pohon itu seolah menambah kesan kenyamanan di taman ini. Bahwa ada sebuah rumah pohon kecil yang bertengger dan memiliki kehidupan di dalamnya.

Siang yang terik. Masih terlihat beberapa anak perempuan kecil di bawah pohon rindang yang atasnya terdapat pagupon. Panas siang tidak menyurtkan semangat mereka berlima yang tengah jongkok di bawah pohon memilih dan memilah biji jagung yang berjatuhan di bawah. Tertawa ada yang bercerita bahwa salah satu burung di pagupon itu adalah burung merpati milik kakeknya. Burung cantik yang dulu menjadi kesayangan kakeknya yang kemudian membawa merpati itu kesini karena kakenya telah meninggal dunia.

"Ih, ini ada kotoran burungnya" Ujar anak berkucir kuda membuang satu biji jangung karena terkena kotoran merpati yang telah mengering.

"Nggak apa-apa, sudah kering juga kan?" Kata anak berpipi gembul dan berambut pendek. Telapak tangan kirinya hampir penuh dengan biji jagung.

Tak lama kemudian ada seorang anak laki-laki yang datang dengan membawa satu keresek hitam. Ngos-ngosan dia menghampiri teman-temannya. "Engh.... ini aku bawakan bji jagung banyak!" serunya bertepatan ada satu merpati yang turun, terbang melandai mendekat ke salah satu anak yang ditangannya ada segenggam jagung.

"Cepet buka gih!" 

Anak laki-laki kecil itu segera membuka plastik yang membungkus biji jagung, lalu masing-masing dari mereka mengambil satu genggaman. 

"Sudah waktunya mereka makan siang" Kata anak perempuan berambut ikal.

Benar saja setelah mereka menggenggam jagung dan menengadahkan tangan, delapan ekor merpati mengepakkan sayap, terbang keluar dari paguponnya dan hinggap ke tangan-tangan kecil, menikmati biji jangung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline