Lihat ke Halaman Asli

Mgs. Fisika Fikri

Orang yang punya seabrek mimpi :D

Kisah Rumi Membeli Arak untuk Sang Guru

Diperbarui: 3 Juli 2020   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jalaluddin Rumi salah satu ulama sufi yang terkenal dengan syair-syairnya terutama yang bertemakan cinta. Memiliki nam lengkap  Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri. Berkat kafaqihannya pada ilmu agama  membuatnya dihormati dan disegani masyarakat di kotanya. Suatu ketika Rumi didatangi oleh gurunya yang bernama Syamsuddin atau dikenal dengan Syams.

Rumi begitu senang dikarenakan kehadiran seorang Syams yang sudah lama tak mengunjunginya. Pada jamuan makan malam Syams pun meminta sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Rumi. Sang Guru meminta agar Rumi membelikan arak sebagai hadiah atas kedatangannya. 

Rumi pun tak menyangngka jika sang guru yang juga seorang yang taat beragama ini  menyukai arak yang dalam ajaran Islam adalah sesuatu hal yang diharamkan. 

Rumi pun menyampaikan hal tersebut kepada sang guru namun Syams tetap dengan permintannya. Apalagi Rumi adalah ulama di kotanya apa yang dikatakan orang jika dia membeli arak yang diharamkan itu.

"Jika kau malu, mintalah pembantumu membelikannya," perintah Sang Guru.

"Bagaimana mungkin meminta orang lain membelikannya?," Rumi menjawab.

"Kalau begitu belilah di luar kota yang mana orang tidak mengetahui siapa dirimu karena jika tidak dibelikan arak aku tidak akan makan, tidak akan bercerita denganmu," kata Sang Guru kepada Rumi.

Karena kecintaannya kepada Sang Guru, Rumi pun berjalan ke luar kota asalnya sembari mengendap-ngendap dengan menutupi wajahnya dengan jubah agar orang tak mengelainya. 

Lalu sampailah Rumi di perbatasan kotanya dan ia pun mengunjungi kedai minuman keras yang dimiliki seorang nasrani. Namun siapa sangka diantara penghuni kota itu mengenal Rumi. Kabar seorang ulama terkenal itu pun tersebar di masyarakat kota tempat Rumi berasal. Seorang ulama yang dikagum-kagumi selema ini menjadi bulan-bulanan warga kota.

Rumi hanya bisa terdiam saat dipukuli, diludahi, dan dihina tanpa membela diri sekalipun yang membuat masyarakat semakin berang terhadapnya. Saat itulah Syams, Sang Guru datang lalu berubah suasana menjadi hening.

"Celakalah kalian yang telah menyebarkan fitnah kepada seorang yang tak bersalah. Rumi tidak membeli arak tapi yang ia beli itu adalah sebotol cuka makan," Sang Guru turut membela.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline