Dalam Al-Qur'an kisah antara Nabi Khidir dan Nabi Musa AS, menjadi kisah yang menggambarkan interaksi guru dan murid. Nabi Musa AS yang cerdas seakan bertekuk lutut dengan pengetahuan sang guru Nabi Khidir yang memiliki pengetahuan makrifat. Dikisahkan Nabi Musa AS diperintahkan untuk berguru dengan Nabi Khidir. Nabi Khidir ternyata sudah memberikan peringatan jika Nabi Musa AS tidak akan mampu mengikutinya. Namun Nabi Musa AS tetap memohon agar diizinkan menjadi seorang murid.
Nabi Khidir mengizinkan asal Nabi Musa AS tidak diperkenankan bertanya pada sang guru atas apa yang akan dilakukan. Singkat cerita mereka pun bersepakat. Namun ternyata Nabi Musa AS mempertanyakan tindakan sang guru yang membolongi perahu nelayan yang ada di tepi sungai hingga tenggelam. Lantas Nabi Khidir juga membunuh seorang pemuda, dan pada suatu kampung yang penduduknya tidak berbelas kasih, Nabi Khidir malah membangun rumah seorang penduduk.
Karena sudah tiga kali mempertanyakan tindakan seorang guru mak habis sudah kesempatan Nabi Musa AS untuk mengikuti perjalanan Nabi Khidir. Di akhir perjalanan itu barulah Nabi Khidir menjelaskan tiga tindakan tersebut. Ternyata membolongi perahu di tepi sungai dilakukan untuk menyelamatkan perahu nelayan miskin itu agar tak diambil oleh raja yang zalim saat melewati tepi sungai itu.
Nabi Khidir juga membunuh seorang pemuda dikarenakan pemuda itu akan menjadi seorang pemuda yang durhaka terhadap kedua orang tuanya. Sedangkan membangun rumah seorang penduduk di sebuah kampung yang mana penduduknya tidak mengkhendaki keberdaan mereka dikarenankan rumah itu adalah rumah anak yatim piatu yang dibawahnya terdapat warisan peninggalan orang tua sang anak.
Inilah cara Islam mengajarkan interaksi antara guru dan murid. Kehadiran guru menjadi sosok pencerah bagi seorang murid. Murid juga dilarang membantah apa-apa yang diperintahkan oleh sang guru. Interaksi inilah yang harus dibangun kembali dalam sistem pendidikan kita. Tentu interaksi ini tidak akan hadir jika keduanya tidak sama-sama memiliki ksadaran di dalam hati jika semua ilmu hanya datang dari Allah.
Siapa saja yang ada dihadapan kita bisa menjadi sosok guru dalam kehidupan kita. Maka berbagilah akan ilmu yang diketahui dan ikhlaslah menjadi murid pada orang yang berpengetahuan. Bahkan dikatakan oleh seorang arif banyak diantara orang lain memiliki banyak guru bukan hanya dalam bentuk manusia tetapi juga dalam bentuk hewan dan perpohan bahkan benda mati sekalipun dapat menjadi sosok guru bagi seorang murid yang ikhlas karna ingin menuntut ilmu.
Inilah alasan ilmu akan menaikkan derajat seseorang, karena ilmu yang didapat dari keikhlasan antara guru dan murid. Keikhlasan inilah yang mengangkat derajat manusia bukan karena pengetahuan yang didapat. Semoga kita dapat menjadi orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam berbagi ilmu dan mencari ilmu. AAMIN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H