Lihat ke Halaman Asli

Mgs. Fisika Fikri

Orang yang punya seabrek mimpi :D

"Maha Guru" Korona

Diperbarui: 30 Mei 2020   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah hampir kurang lebih 4 bulan lebih Virus Korona atau COVID-19 dinyatakan sebagai Pandemi Global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hampir seluruh negara dunia juga menganjurkan kepada warganya agar melakukan Social Distancing dengan banyak melakukan aktifitas di rumah.

Meski terus memakan korban banyak sekali hikmah yang didapat dari bencana yang disebabkan virus yang berukuran kurang lebih 0,125 mikrometer. Banyak forum diskusi mulai bermuncullan melalui aplikasi video conference yang menghasilkan kebijakan-kebijakan baru yang seharusnya memang dilakukan meski tidak berada di tengah bencana ini.

Tuhan seakan-akan ingin memberikan pesan kepada manusia untuk memikirkan sejenak tanda-tanda alam yang terlupakan dengan aktifitas rutin kita yang begitu dinamis. Seperti yang disampaikan oleh Allah dalam firmannya di QS. Al-Baqarah [2]:164 yang berbunyi :

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 164).

Virus Korona yang hadir di tengah-tengah kita menyajikan fenomena yang baru terutama dalam kita beragama. Anjuran ibadah dari rumah seakan bertolak belakang dengan anjuran shalat berjemaah yang ditipkan kepada Baginda Rasulullah SAW.

Shalat Jum'at ditiadakan, Tarawih juga dilakukan dari rumah selama sebulan penuh, begitu juga dengan para pencari lailatul qadr di 10 malam terakhir dibuat rindu dengan suasana kebersamaan bermunajat di masjid-masjid memuji kebesaran-Nya. Bahkan tradisi mudik lebaran ke kampung halaman juga terpaksa diurungkan pada tahun ini.

Virus Korona ini dikirim ke dunia seakan-akan sebuah pesan yang diberikan dari seorang Maha Guru. Banyak sebagian dari kita lebih banyak saling berdebat ketika seorang ustadz atau kiai menyampaikan sebuah ilmu pengetahuan. Fenomena kafir mengkafirkan, sesat menyesatkan dan saling melempar julukan bid'ah seakan-akan runtuh dengan kehadiran Virus Korona.

Allah ingin menunjukkan kepada manusia jika Dia tidak perlu pujian takbir yang dilakukan dari jalan-jalan atau masjid-masjid. Dia juga mengingatkan kita bahwa di rumah-rumah kita perlu kembali dihidupkan ajaran-ajaran-Nya. Keluarga dan lingkungan terdekat yang harusnya lebih dulu kita perhatikan.

Langkah kaki kita yang selalu melaleng buana dipaksa diam untuk kembali ke rumah-rumah kita. Sikap peduli dan rasa saling melindungi kembali dihidupkan di dalam hati-hati kita. Kini kita tengah bersiap menyambut norma kehidupan baru yang dikenal dengan sebutan New Normal. 

Sebuah kesempatan kedua bagi hamba-hamba-Nya yang kehilangan arah. Memperkokoh kembali jiwa seorang hamba yang bertakwa untuk kembali mengaktifkan fitrah manusia yang memang condong ke kebaikan.

Akankah kita masih lebih sering melihat aib orang lain sementara diri yang penuh dengan dosa tak mampu dilihat. Mau pesan yang bagaimana lagi jika sekelas pandemi global seperti ini masih belum mampu mengingatkan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline