Jika kita menyimak para bijak. Seseorang berperilaku dan atau merespon perilaku melalui tahapan-tahapan dan tak bisa meloncat dari tahapan-tahapan dimaksud. Langkah/tahapan itu antara secara berturut-turut seperti sebuah jalinan dari afektif, kognitif, dan psikomotor yang sampai saat ini masih diyakini sebagai sebuah eskalator perjalanan laku seseorang.
1. Untuk mencapai tahu
untuk memperoleh ketahuan dari ketidak tahuan, memang manusia dapat dengan mendengar, namun biasanya diawali oleh persepsi...persepsi ini sering menimbulkan persoalan besar jika persepsi salah namun tetap berlanjut ke langkah berikutnya, sehingga ketahuan/pengetahuan yang diterima sebenarnya sebuah pengetahuan/ketahuan yang salah. Maka langkah awal persepsi harus positif dulu (sehingga tidak memihak), ketika telah menjadi positif maka ia lanjut dengan kesiapan (dua langkah ini berada pada ranah psikomotor), selanjutnya dan bahkan bersamaan dengan itu sisi afektif menyertai yaitu penerimaan (afektif), bila persepsi, kesiapan, dan penerimaan kepada subjek pembawa berita/rangsang/atau stimulus maka terbukalah ketahuan/pengetahuan dan kita akan mengetahui dengan benar.
2. Untuk memperoleh pemahaman
Langkah pertama orang hanya tahu tetapi belum menguasai dan belum memahami apalagi terampil. Untuk mencapai tahap pemahaman (kognitif), maka seseorang harus rela dan bersedia berperan serta aktif (afektif) untuk mau bergerak/berlatih dan pada langkah awal adalah gerak terbimbing hingga gerak terbiasa secara mandiri (psikomotor), misal: berbicara ya dilatih dulu baru muncul kebiasaan bicara sendiri. Maka banyaklah orang menjadi tersesat manakala menyampaikan sesuatu kepada orang lain, padahal ia sebenarnya belum berperanserta untuk melatih diri, mencerna, berdialog untuk membenarkan berita, nah jika itu sudah dilakukan maka orang tersebut sampai pada tingkat pemahaman (kognitif tingkat 2).
3. Menerapkan
Untuk dapat menerapkan sebuah ketahuan dan pemahaman yang telah diperoleh dengan langkah-langkah berat tersebut, individu harus mampu memberi harga/nilai dalam konteks bagi dirinya dan bagi yang lain bukan penilaian substantif keterampilan untuk mencipta (afektif) pengetiaahuan dan pemahaman tersebut bermanfaat bukan sesuatu yang mudhorot, bukan sesuatu yang merusak, maka setelah menilai dan menghargai harus berlatih berbagai keterampilan dan gerak (fasih bicara) kompleks dengan memadukan berbagai unsur yang sejenis. Tanpa kemampuan melakukan gerak-gerak kompleks pemahaman yang dia nilai bagus maka penyampaian akan salah dan ia akan gagal dalam menerapkan sebuah pengetahuan dan pemahaman yang akan ditransfer kepada orang lain, ke situasi baru...dan disinilah sering terjadi fitnah besar, karena ketergesaaan menerapkan informasi, menerapkan pengetahuan, atau menerapkan sebuah teori, penerapan membutuhkan berbagai prasarat tersebut maka jangan tergesa menerapkan sebelum kita menguasai, menghargai, dan menguasai berbagai keterampilan kompleks (psikomotor).
4. Analisis-sintesis dan organisasi
Langkah analisis dan sintesis ini memiliki kesejajaran dalam melakukan organisasi dari berbagai keterampilan kompleks dalam gerak dan berbagai keterampilan lain. Individu memadukan berbagai keterampilan dalam satu jalinan dan ini dilakukan dengan melakukan bedah unsur (analisis) dan pemaduan berbegai unsur (sintesis).Hal ini terjadi hubungan vertikal dalam keterampilan kompleks dan tidak cukup kesejajaran keterampilan. Demikian pula dalam mengorganisasi ia harus mampu melihat dasar-dasar, bagian-bagian sekaligus bagaimana keterampilan antar menghubungkan antar unsur dalam jalinan yang ritmis, maka disinilah tercapai kemampuan analisis-sintesis dalam pola gerak kompleks yang terorganisasi.
5. Evaluasi sampai pola gerakan
Penyampaian sesuatu dari satu sumber kepada subjek tidak semudah yang kita bayangkan dan lakukan selama ini dengan melakukan serta merta yang dapat menjadi fitnah atau penyampaian pengetahuan sesat. Penyampai informasi, ketrampilan, dakwah harus mampu menilai substansi itu pantas tidak kita sampaikan, sesuai tidak dengan kapasistas subjek, dan apakah bila kita sampaikan ini bermanfaat atau malah menimbulkan bias dan pengetahuan/keterampilan merusak. DI sinilah diperlukan penyesuaian pola gerakan, bicara, tata laku (psikomotor) serta mengorganisasi diri dan subjek agar apa yang kita sampaikan sinkron, karena kita tahu subjek siap menerima atau tidak! Menilai untuk membuat sesuatu lebih rigit lagi karena pola gerak, analisis sintesis harus matang sehingga menjadi sebuah produk.