Lihat ke Halaman Asli

Wisuda D2 PGSD Terakhir

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 5 Agustus 2010 adalh hari bersejarah bagi mahasiswa D2 PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen yang akan diwisuda sebagai angkatan terakhir D2 PGSD. Ya mereka angkatan terakhir strata S0 dan selanjutnya calon guru SD harus berstrata S1. Saat ini adik kelas mereka adalah mahasiswa berstrataS1 dan masih semester II masuk semester III.

Bagi sebagian mahasiswa, hari kamis 5 Agustus 2010 adalah hari akhir penderitaan. Dua tahun mereka menempuh pendidikan, mungkin tidak sesuai minat, terlalu berat tuntutan akademik dan non akademik yang harus mereka lakukan, belum lagi perubahan perilaku yang harus mereka lakukan untuk siap menjadi calon guru SD. Menderita? Ya, karena mereka masuk PGSD dengan berbagai latar yang beragam. Ada yang karena terpaksa dan dipaksa oleh orang tua atau oleh dirinya sendiri. Mereka memilih karena perhitungan biaya yang hanya cukup belajar selama dua tahun atau memaksa diri, karena masuk PGSD berarti masa depan sedikit pasti karena pengangkatan menjadi CPNS tidak menunggu lama, apalagi andai tidak diganggu PGSD yang dislenggarakan perguruan tinggi yang tidak memiliki hak penyelenggaraan tetapi malah berhasil menggaet kebijakan kabupaten/kota.

Bagi mereka yang semula berharap lulus PGSD langsung ditempatkan terpaksa harus ditunda beberapa tahun disebabkan oleh beberapa hal: (1) PT yang membuka program mirip PGSD dank arena faktor otonomi dengan pemerintah daerah yang bergaya raja-raja baru dan tidak ketatnya control BKN, maka mereka para mahasiswa yang sama sekali tidak pantas menjadi guru justru berhasil diangkat menjadi CPNS, (2) Kebijakan pragmatis segelintir pemegang regulasi. Beberapa tahun di beberapa perguruan tinggi juga membuka mahasiswa wiyata bakti. Andai mereka benar-benar berwiyata bakti lebih dari 10 tahun, maka pengelaman mereka tentu akan menolong kekurangan akademik mereka. Namun, sayangnya mereka adalah para oportunis yang menipu (tentu secara berjamaah), memperoleh surat wiyata bakti dari ayah, ibu, saudara, kerabat, atau malah membayar sejumlah uang. Mereka yang berwiyata bakti, ternyata bukanlulusan SPG. SGO, atau KPG tetapi siswa SLA fres yang baru lulus belum genap satu tahun. Jadi mereka sebenarnya tidak memenuhi syarat mendaftar menjadi mahasiswa program kerjasama/wiyata bakti.

Nasi telah menjadi bubur, kebijakan telah berjalan beberapa angkatan, dan kini adalah angkatan terakhir sejumlah 135 mahasiswa wiyata bakti (4 kelas), 260an mahasiswa swadana, dan 25 mahasiswa PGTK. Berbekal berbagai kelemahan sebagai ekses kebijakan yang terkontrol ketat atau ekses penyerta kebijakan invalid, namun mereka telah melampaui semua proses. Proses selanjutnya mereka harus dipermak ulang menjadi mahasiswa S1 sebelum mereka diangkat menjadi CPNS. Begitu pun BKD seharusnya tidak hanya menggunakan parameter nilai tes masuk, namun juga harus mempertimbangkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Berdasar IPK ini indikasi kualitas mahasiswa selama belajar empat semester akan terlihat jelas. Sebagai tambahan, rata-rata IPK mahasiswa D2 PGSD Wiyati Bakti (yang ternyata palsu) memiliki nilai IPK kurang dari 3.0 atau yang benar-benar parah IPK di bawah 2,75.

Pesan terakhir!

Memang sulit mengubah kayu tahun menjadi setara kayu jati, tidak mudah mengubah kuningan menjadi seindah emas. Namun jika semua pihak, terutama mahasiswa wiyata bakti yang telah secara sadar melakukan penipuan dengan surat wiyata bakti yang tidak sepantasnya, harus berbenah diri agar mendekati kompetensi guru yang layak. Mereka harus mengupgrade diri dengan melanjutkan studi di perguruan tinggi yang diakui kredibilitasnya oleh masyarakat dan pemerintah.

Kesalahan bukan mutlak di tangan mahasiswa, tetapi tim seleksi administrasi dan para pemberi surat keterangan wiyata bakti yang seharusnya mengerti wiyata bakti guru SD tentu harus dari mereka yang berlatar belakang pendidikan calon guru bukan lulusan SLA yang baru lulus dalam hitungan bulan!

Semoga mereka tumbuh menjadi manusia yang bernafas sebagai guru, menghirup perjuangan, menghembuskan kinerja kesungguhan.

Selamat atas kelulusan kalian, mari kita tebus berbagai kekurangan kita…Karena tiada salah yang tak termaafkan, tiada dosa yang tak terampuni, tentu kita harus berbenah dengan niat yang lebih benar….

Semoga…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline