Lihat ke Halaman Asli

Quo Vadis Hary Tanoe

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hary Tanoesoedibjo (tengah) dan Ketua Umum DPP Partai Hanura pada jumpa pers di Kantor DPP Partai Hanura, Jakarta, Minggu (17/2/2013). Hary Tanoe resmi dilantik menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura. (kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="619" caption="Hary Tanoesoedibjo (tengah) dan Ketua Umum DPP Partai Hanura pada jumpa pers di Kantor DPP Partai Hanura, Jakarta, Minggu (17/2/2013). Hary Tanoe resmi dilantik menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura. (kompas.com)"][/caption] Mau kemana (Quo Vadis) Hary Tanoesoedibyo setelah hengkang dari partai Nasdem ? Boss jaringan media MNC itu—ditulis media massa—telah bergabung dengan partai Hanura dibawah Jenderal TNI (Purn) Wiranto.

Harian RAKYAT MERDEKA minggu mempertanyakan keseriusan langkah politiknya itu, apakah akan berlabuh tetap di partai Hanura atau sekedar transit sambil menjajagi situasi untuk kemudian bersikap lagi.

Pertanyaan Harian tersebut beralasan karena Hary Tanoe adalah sosok yang labil dan kurang konsisten dalam politik.  Konon dia bergabung dulu dengan Nasdem karena memiliki kesamaan pandang dengan Surya Paloh dalam memajukan partai itu.  Tapi “kongsi politik” itu tidak awet lantaran “Pak Bewok” julukan Surya Paloh merasa Hary Tanoe menggerogoti wibawanya sebagai “Bapak Nasdem”.

Hary Tanoe lantas mengundurkan diri dari Nasdem, tapi kalangan dalam Nasdem mengatakan, dia dipecat karena “ngerecokin” Surya Paloh. Konon Pak Bewok tersinggung ucapan Hary yang mengaku sudah berkorban milyaran rupiah dalam membesarkan Nasdem.

Kini setelah bergabung dengan Hanura apakah dia akan berdedikasi dengan ikhlas memajukan partai itu atau sekedar mencari perhatian public untuk memulihkan nama baiknya.  Atau apakah Pengurus partai Hanura sudak memiliki konsep untuk memberdayakannya.  Seorang tokoh politik yang mengenalnya menyatakan sangsi akan kehadiran Hary di Hanura bisa mendongkrak partai tersebut dalam pemilu 2014.

Tokoh politik itu mengatakan, tidak semua pengurus Hanura “welcome” Hary Tanoe dan mereka yakin suara Hanura akan meningkat tahun 2014 tanpa Hary karena saingan politik utama Hanura yakni partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera sedang melorot popularitasnya karena  diterpa kasus korupsi dan skandal lainnya.

Menurut tokoh politik itu, Hary Tanoe tidak sebodoh itu memobilisasi jaringan medianya untuk mengangkat citra Hanura karena orangnya selalu “njelimet” menghitung biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan partai. Faktor ini juga yang membuatnya bersinggungan dengan Pak Bewok ketika di Nasdem dulu.

Hary bukan politisi tulen seperti Abu Rizal Bakrie yang juga memiliki sejumlah stasiun televise dan portal berita tapi menyerahkan pengelolaannya ke orang lain tanpa campur tangannya.  Hary Tanoe sebaliknya sangan dominan dalam me-manage secara tidak langsung  jaringan medianya.

Ada juga analisa lain menyatakan, alas an bergabungnya Hary dengan Hanura karena dia butuh kenderaan politik memback-up bisnisnya dan keamanan dirinya dari sergapan aparat hukum. Maklum, dirinya sudah sering diperiksa polisi dan jaksa.

Dia “ngebet” bergabung dengan partai politik karena terperangah melihat Basuki Tjahja Purnama alias AHOK sebagai “sesama etnis keturunan” terpilih jadi Wakil Gubernur DKI karena diperebutkan partai politik. AHOK tidak memiliki modal kuat dari segi financial dibanding dirinya.  Karena itu bagi Hary Tanoe bergabung dengan  Hanura adalah hal prinsip.  Tinggal bagaimana dia  bertahan dalam parpol  itu, dan tidak lagi bernasib seperti di Nasdem dulu. (PD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline