Lihat ke Halaman Asli

Kaya Masa Lalu, Miskin Masa Depan

Diperbarui: 28 Juli 2018   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini saya awali dengan sebuah ilustrasi. Misalnya anda akan segera diwisuda untuk jenjang Magister (S2). Kemudian anda diminta mengumpulkan pas foto untuk ditempel di ijazah dan buku wisuda. Lalu anda mengumpulkan pas foto di saat anda kelas enam Sekolah Dasar (SD). Kira-kira apa yang terjadi. Pasti ditolak kan? Lalu anda ngotot beragumen bahwa itu adalah foto anda dan juga anda jelaskan bahwa saat difoto, anda adalah juara umum di Sekolah Dasar. 

Apakah dengan argumen tersebut, lalu foto anda diterima. Tentu, tetap ditolak. Lalu permasalahannya apa?. Itu adalah benar foto anda, tapi itu foto masa lalu. Foto yang sudah usang, sudah tidak layak dipakai di ijazah Magister. 

Sudah banyak perubahan yang terjadi di diri anda. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa perubahan itu pasti terjadi, bahkan pada diri sendiri. Terkadang kita enggan berubah karena menganggap bahwa yang kita lakukan adalah benar di masa lalu. Kebenaran di masa lalu bukan berarti kesalahan di masa sekarang, tapi masalahnya sudah usang.

Manusia (berjiwa) kerdil adalah orang yang banyak bicara masa lalu, orang biasa banyak bicara masa kini, sedangkan orang hebat banyak bicara masa depan. Kalimat itu berasal dari Hilarry Clinton, mantan ibu negara Amerika serikat. Ungkapan Hilarry tersebut menarik untuk  dijadikan standar untuk mengukur jiwa kita dan orang lain. Kita bisa menginstropeksi kebiasaan kita dan  kecenderungan obrolan orang lain, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Dengan hal itu kita bisa mengukur seberapa besar jiwa kita dan orang lain.

Manusia yang hidup di hari ini memiliki tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Berdasarkan  dimensi waktu tersebut, manusia dapat kita bagi menjadi tiga juga. Pertama, type manusia yang sangat mengagung-agungkan  masa lalu. Seolah-olah kesempurnaan hanya di masa lalu dan kita harus menghadirkan masa lalu ke masa kini. 

Padahal kodrat alam adalah tidak mungkin kita berada di masa lalu, sekuat apapun kekuasaan yang kita miliki. Manusia lintas ruang dan waktu hanya ada di film science fiction dan tidak pernah ada dalam dunia nyata. Manusia-manusia masa lalu cenderung sangat sulit untuk diajak berubah dan sangat kaku dalam pendirian. Padahal, tidak ada yang kekal di semesta ini kecuali perubahan. 

Manusia masa lalu adalah manusia yang mencoba melawan hukum alam. Dalam sejarah, belum ada yang mampu bertahan lama ketika melawan hukum alam. Dinosaurus, binatang raksasa yang mempunyai tenaga besar harus punah karena tidak sanggup melawan perubahan alam. Kecoa/lipas masih bertebaran di mana-mana karena sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan alam. Dinosaurus dan kecoa sama-sama binatang purba.

Type manusia kedua adalah orang-orang yang sangat larut dengan masa kini. Obrolannya hanya tentang  hal-hal yang popular di masa kini, baik itu fakta maupun berita bohong (hoax). 

Hal-hal yang popular tapi tidak penting pun tidak luput dari obrolannya. Mulai dari artis kawin-cerai sampai ustadz poligami pun digosipin. Manusia jenis ini, sangat menyukai hal-hal yang populis tanpa mempertanyakan kebenarannya. Asal itu berita populer, maka itulah kebenaran. Nalar kritisnya mati, sehingga sangat dangkal dalam memahami segala hal. 

Tahunya hanya permukaan saja, tanpa berusaha untuk menyelaminya lebih dalam. Orang-orang masa kini biasanya memanfaatkan teknologi hanya untuk kepuasan fisik saja. Mereka tidak memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri. Bergosip di media sosial adalah kebiasaan. Membagikan berita populis tanpa memeriksa kebenarannya adalah kebanggaan. Tidak pernah membagikan karya sendiri karena malas berkarya. Suka menanggapi isu-isu populis bak seorang pakar, padahal keilmuannya tidak mumpuni di bidang itu.

Type manusia ketiga, adalah orang-orang yang fokus pada masa depan. Manusia type ini adalah pembelajar tanpa henti. Baginya perubahan itu sesuatu yang wajar dan mereka sangat tanggap dengan perubahan. Mereka tidak anti perubahan sehingga tidak pernah digilas oleh perubahan. Generasi masa depan sangat berbeda dengan generasi pertama dan kedua yang telah disebutkan tadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline