Hari kamis tanggal 12 April 2018, mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Islam 45 Bekasi mengadakan kunjungan edukasi ke Rumah Perubahan Prof. Rhenald Kasali. Kegiatan ini merupakan rangkaian program pembelajaran di luar kelas yang dilaksanakan untuk tujuan memberi pengalaman baru bagi mahasiswa, karena banyak realitas-realitas pendidikan di luar kampus tidak seindah teori, tapi juga tidak seburuk asumsi.
Menariknya kunjungan edukasi ini adalah bahwa Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Islam 45 Bekasi semuanya berprofesi sebagai guru dan 95% adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI), sementara yang dikunjungi bukan mesjid, pesantren ataupun madrasah. Hasil kunjungan edukasi ini diharapkan mahasiswa mampu berpikir out of the box. Tidak terpenjara pada paham sempit linieritas keilmuan.
Hanya karena guru PAI, maka menutup diri dengan keilmuan lain. Padahal tidak ada ilmu yang berdiri sendiri, semuanya pasti ada kaitan dengan ilmu lain, selalu terjadi interkonektivitas antar ilmu. Ilmu baru pun akan muncul jika ada silang paham antar tesis dengan anti tesis. Agar terjadi silang paham, kita harus terbiasa mendengarkan orang-orang yang tidak sepaham dengan kita. Di negeri ini, hal inilah yang paling sulit terjadi.
Hasil pengamatan selama kunjungan edukasi di Rumah Perubahan, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa mahasiswa-mahasiswa sekarang, khususnya mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Islam 45 Bekasi mengalami hal-hal berikut:
Mengagumi pembelajaran kreatif
Salah satu agenda kunjungan edukasi ke rumah perubahan adalah mengobservasi kegiatan pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK) Kutilang yang dibina oleh Rumah perubahan. PAUD dan TK Kutilang menerapkan pembelajaran kreatif dengan metode Sentra. Siswa-siswa menjalani pembelajaran terprogram sesuai dengan Sentra masing-masing. Uniknya di PAUD dan TK Kutilang tidak mengajarkan secara langsung huruf dan angka, tapi diintegrasikan secara kreatif dan menarik pada setiap kegiatan bermain, sehingga siswa tanpa sadar telah belajar membaca dan berhitung.
Hasilnya siswa belajar tanpa tekanan karena dilakukan sembari bermain. Di PAUD dan TK Kutilang juga tidak ada larangan dan marah secara langsung, tapi diganti dengan kalimat positif. Misalnya "tidak boleh berlari" diganti dengan kalimat "sebaiknya berjalan saja". Begitu juga ketika siswa melakukan sebuah kesalahan seperti salah memakai sepatu, yang seharusnya dipakai di kaki kiri tetapi dipakai di kaki kanan dan yang seharusnya di kanan tetapi dipakai di kaki kiri, maka siswa cukup diingatkan dengan kalimat sopan "Apakah kamu nyaman menggunakan sepatu seperti itu?". Dengan pembelajaran seperti ini siswa tidak dimatikan kreatifitasnya. Perlu diketahui, bahwa kebanyakan PAUD/TK di Indonesia menerapkan pembelajaran yang "tidak anak-anak lagi".
Haus hal-hal yang baru
Setelah mengobservasi pembelajaran di PAUD/TK Kutilang, mahasiswa berdiskusi secara interaktif dan mendalam dengan Bunda Elisa Kasali, Ketua Yayasan Rumah Perubahan yang pernah dianugerahi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Tokoh Pendidikan Nasional. Ketika berdiskusi banyak sekali hal-hal baru yang diketahui mahasiswa. Mereka sangat antusias mengeksplorasi informasi-informasi yang dikemukan Bunda Elisa Kasali, yang juga akrab dipanggil dengan Bunda Lisa.
Tidak ada debat di situ, karena biasanya debat itu memang terjadi jika yang dipersoalkan adalah hal-hal lama yang sudah sama-sama diketahui. Oleh karena itu salah trik untuk menghindari debat kusir adalah dengan mengeksplorasi hal-hal baru. Bukan debat yang terjadi, tetapi keingintahuan yang mendalam.
Membutuhkan motivasi bukan instruksi