Lihat ke Halaman Asli

Pendeta Tajir

Diperbarui: 25 Oktober 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1 Samuel 4:18 “… Jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya….”

 

Senang sekali ketika Jokowi mengumumkan “gaya hidup sederhana”, direalisasikan undangan pesta maksimal 400 orang (walau beliau ngunduh manten undangan sekota Solo), tidak boleh meeting di hotel (akhirnya hotel sepi), beliau sendiri beserta team nya memamerkan gaya hidup sederhana. Bahkan kedua menterinya disindir kelaparan karena makan di warung kaki lima.

Paus Francis juga menunjukan kesederhanaan dan kebersahajaan yang luar biasa. Sekalipun jadi Paus, masih tetap naik transportasi umum, tidak perlu Limosin yang mewah. Harley sumbangan malah diamalkan lagi. Dalam beberapa hal, Paus Fransiskus benar-benar seorang pria yang normal. "Paus baru adalah seorang yang sangat rendah hati," kata Eduardo Mangiarotti, seorang pendeta Argentina. "Dia memilih transportasi umum setiap hari." Bergoglio juga memilih tinggal dalam apartemen ketimbang istana keuskupan. Dia enggan disopiri mobil limousine dan memasak daging sendiri. Seakan bersaing tampil bersahaja dengan Ibu Theresa. Hidup di tengah orang miskin, menolak tampil berkelas karena menjadi jarak antara umat terhadap Tuhan.

Bagaimana dengan Pendeta Karismatik? Sedang terjadi Trend Selfie Pendeta dengan Background kemewahan. Bersaing dengan mobil mewah, kalau pelayanan gak pesawat business class gak mau, kalau gak hotel bintang lima gak mau. Boro-boro kumpul sama fakir miskin, cium baunya saja jijik (pernah pelayanan di kumpulan orang berpenyakit Kusta??). Besuk penjara bukan porsinya. Istri saya pernah pergi satu mobil dengan suami istri pendeta, jadi illfeel ketika melihat orang ngemis di samping mobil saat lampu merah pun diusirnya dengan kasar. Kotbah di Gereja atau Gedung mewah ber AC dingin menjadi target utama. Kalau AC tidak dingin bisa ngomel-ngomel berat tuh Hamba Tuhan Yang Besar. Senang dipanggil Reverent (Yang Mulia), dipanggil Jongos saja sekalian… (lah memang kita ini Doulos, Hineni = Budak nya Tuhan Yesus). Suatu ketika saya mendampingi Pendeta kami ke Surabaya untuk suatu konfrensi International. Kami bertemu dengan rekan Pendeta dari kota lain, dan beliau bertanya: “Bapak naik mobil apa? Saya naik Fortxxxr, dipinjami sama Tuhan” sambil tertawa nyeringis bangga. Tak urung hati saya kesal. Bukannya Pendeta kami ga sanggup beli, disamping beliau orang kaya dari turunan (mertuanya dan orangtuanya juga orang kaya di kota nya) beliau juga Pendeta yang cukup sukses dengan gereja yang besar dan jemaat cukup banyak, tapi memang beliau adalah orang yang bersahaja, gak suka pamer, lebih penting bikin sekolah untuk jemaat dan besasiswa daripada beli mobil mewah. (Memang kami saat itu cuma naik Inxxx itupun pinjaman dari jemaat, Pendeta kami mobilnya kecil saja).

Maap bukannya saya ga percaya Prosperity Blessing Gospel.. saya penganut setia dan sangat percaya. Saya cuma merenungkan, beberapa Hamba Tuhan Yang Besar yang terekspos karena tuduhan Korupsi, rebutan aset Organisasi yang trilyunan, gaya hidup Hedonis dan sebagainya… ternyata akarnya adalah LIFE STYLE mereka. Saya bukanya menentang Pendeta kaya, menurut saya, kalau Pendeta miskin malah bikin repot jemaatnya. Tapi saya menghimbau para Pendeta untuk hidup sederhana dalam Life Style nya . Menentukan Gaya Hidup yang sederhana dan bersahaja (tentu relatif). Tetapi bagaimanapun, siapa yang menyangkal Ibu Theresa seorang yang sederhana, sekalipun menggerakan uang Milyaran Dolar untuk Program Amal beliau? Siapa yang berani iri dan mengungkit banhwa Ibu Theresa korupsi? Siapa yang tidak setuju dengan gaya hidup pilihan Paus Francis?

Saya bukan orang baik-baik. Masih doyan duit, masih nakal, masih curang. Mengapa? Karena saya belum memutuskan untuk bergaya hidup sederhana. Seharusnya saya belajar memadankan diri dengan apa yang ada. Namun saya gagal. Akhirnya saya terlibat dengan banyak sekali masalah keuangan baik yang disebabkan oleh saya sendiri maupun orang lain. Kejatuhan Pendeta-pendeta besar yang kaya raya belakangan ini menyadarkan saya, Tuhan sedang persiapkan saya. Papi saya pernah melarang keras saya untuk jadi Pendeta. “Jangan pernah bikin warung gereja, Jangan buka pabrik biting yang namanya Gereja.” Ah Papi hanya bercanda… tetapi 20 tahun kemudian yang beliau katakan terjadi. Untung saya mengundurkan diri dari kependetaan saya. Sekarang saya masuk dalam dunia bisnis dan sedang belajar menghargai arti uang dan gaya hidup. Tuhan bilang pada saya (mohon jangan syak karena saya dari aliran Karismatik): “Belajar, sekarang boleh jatuh bangun dalam uang. Tetapi suatu ketika kamu tidak boleh jatuh, karena nasib banyak umatKu akan ada di tanganmu.”

Sampailah saya menyimpulkan pelajaran dari Tuhan 20 tahun ini: Boleh Kaya, malah sebaiknya kaya berlimpah (dan harus dari Tuhan bukan hasil nipu dan tidak boleh ada yang disakiti karena kekayaan kita), namun ketika kita memutuskan untuk jadi PENDETA, maka kita berarti memutuskan untuk BERSAHAJA. Jadi, hamba Tuhan atau pendeta boleh tajir kaya raya, tetapi gaya hidup harus tetap sederhana, sesuai dengan ukuran masyarakat mayoritas pada umumnya. Tidak pantas pendeta naik Ferari atau Lambo sementara jemaat bayar perpuluhan dan menabur untuk aktifitas gereja naik “BMW” (Bebek Merah Warna-nya). Terus duitnya yang banyak melimpah untuk apa?? Ya untuk menabur lagi buat orang miskin atau pekabaran Injil. Lah kan diajarinya begitu, Firman Tuhan diucapkan untuk jemaat juga untuk dirinya sendiri. Ingat kisah Schindler List, betapa menyesalnya Schindler karena masih tersisa memiliki banyak permata dan emas tapi dia tidak berhasil membeli lebih banyak orang Yahudi dari kamp Genosida Yahudi oleh Nazi di Polandia. Daripada beli Limosin mending kasih makan lebih banyak orang lagi atau cetak alkitab dan sarana penginjilan lebih banyak lagi untuk menjangkau dunia. Bukannya ngancam yah, tapi nanti akan banyak pertanyaan: kenapa tuh pendeta dulu naik sepeda kumbang sekarang naik Lambo? Aplikasinya? ah pikir sendiri. Jangan tanya saya. Ikan kok diajarin berenang. Hanya perenungan saya saja. Boleh diterima atau tidak. Tapi bila sampai tiba saatnya saya yang menjalankan, biarlah Roh Kudus memampukan kapasitas saya untuk Kaya dan Bersahaja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline