Lihat ke Halaman Asli

Nasib si Gayung

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di sebuah negeri Antah Barantah hiduplah seorang pemuda yang namanya Gayung, ibunya bernama Selakah dan bapaknya bernama Koluptol. Akhir akhir ini nama Gayung menghiasi hampir semua media, mulai dari koran hingga televisi. Reputasinya melesat bak pesawat ulang alik yang kecepatannya melebihi kecepatan suara. Fotonya menghiasi ruang tahanan, hotel, istana presiden hingga WC umum. Begitu terkenalnya si Gayung sampai harus bersembunyi untuk menghindari khalayak ramai. Maklum dia juga manusia yang perlu privacy.

Untuk masalah privacy dia berani membayar berapapun harganya. Soal uang tidak masalah. Dalam hidupnya hanya ada dua masalah. Masalah nomer satu, Gayung tidak tahu bagaimana membedakan yang benar dan yang bohong. Maaf kata, matanya sedikit picek selama ini dia tidak bisa membedakan mana uang saya dan mana uang mereka. Pokoknya yang berbau duit langsug diciduk dan dimasukan di genthong penyimpan uang. Sifatnya persis seperti namanya. Sejak kecil dia diberi nama Gayung, tidak heran kalau dia senang nyiduk atau mengambil. Sifat rakusnya kelihatanya mewarisi ibunya yang bernama Selakah dan bapaknya Koluptol. Kalau huruf L diganti dengan R, maka lengkaplah riwayat si Gayung.

Masalah kedua yang dimiliki oleh Gayung adalah sulit tidur. Kalau Anda berkunjung kerumah si Gayung, pasti Anda heran. Mengapa tidur menjadi masalah. Padahal semua kasur dan bantal berisi uang, mulai yang berwarna merah, biru dan hijau, semua ada. Tiap malam ia berfikir bagaimana caranya menyimpan uangnya supaya aman dan tidak ada yang mengendusnya. Akhir akhir ini, Gayung kelihatan nampak murung dan kurang semangat. Sesekali meneteskan air mata mana kala dia mengingat betapa beratnya beban yang dipikulnya.

Seandainya dia memiliki cara pandang yang benar, pasti semua yang dia hadapi saat ini bisa diatasi. Gayung tidak tahu bahwa hidup yang sesungguhnya tidak tergantung dari kekayaan yang dimiliki. Sang Maha Guru Yesus pernah mengatakan "Be careful to guard yourselves from every kind of greed. Life is not about having a lot of material possessions." Waspadalah teradap keserakahan, karena hidup kita yang sesungguhnya tidak tergantung dari semua harta benda yang kita miliki. Biang keladi dari semua keserakahan adalah rasa tidak cukup dan keinginan yang tidak bisa dikontrol.

Memang di negeinya si Gayung banyak sekali penduduknya yang sudah kena virus serakah. Maklum saja, dasar negaranya dan falsafah hidup Negara Antah Barantah itu memang aneh. Coba saja simak dan pelajari sendiri bunyinya Pancasalah (lima kesalahan) berikut ini:

1. Berketuhanan harta benda.

2. Kemanusiaan yang batil dan biadap.

3. Perseteruan antar sesama.

4. Kamaksiatan yang dipimpin oleh nikmat

5. Semua bisa direkayasa

Doa saya semoga Anda semua bisa belajar dari si Gayung. Karena yang namanya keserakahan itu bersahabat dengan kecemaran, penindasan, pelecehan dan pembunuhan. Perhatikanlah ini, SAYA BELUM PERNAH MELIHAT ORANG SERAKAH BAHAGIA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline