Pasca Ahok divonis 2 tahun penjara kemarin, saya mulai bertanya-tanya apakah Jokowi sudah hilang kendali dan tinggal menunggu waktu saja sampai dikudeta. Semoga saja tidak. Tapi sepertinya memang demikian.
Ahok memang masih memiliki peluang lewat banding di pengadilan tinggi, dan setelah itupun juga masih ada langkah kasasi/PK di mahkamah agung. Tapi jujur, sulit untuk berharap banyak, mengingat baik pengadilan tinggi maupun MA keduanya juga sulit diharapkan bisa bersikap adil. Lagipula, Jokowi sekalipun sepertinya tidak akan bisa mengontrol MA. Bulan lalu, Jokowi kalah di MA dalam gugatan terhadap kewenangan kemendagri membatalkan perda.
Ya, Jokowi-AHok mengalami kekalahan berturut-turut. Pertama AHok ditetapkan tersangka, kemudian Ahok kalah pilgub, dan kali ini Ahok divonis penjara plus langsung ditahan.
Tapi kasus Ahok hanyalah kulit luarnya saja. Ada drama politik yang lebih besar di baliknya, yang melibatkan berbagai pihak. Mulai dari pihak militer, pihak mafia-mafia politik, pihak pengusaha seperti 9 naga tionghoa dan hary tanoe, pihak keluarga cendana, dan bahkan sampai pihak bangsa asing, dalam hal ini amerika.
Saya mengacu pada hasil investigasi Allan Nairn yang dimuat di sini: https://tirto.id/investigasi-allan-nairn-ahok-hanyalah-dalih-untuk-makar-cm2X
Saya yakin kebanyakan dari anda sudah membacanya. Benarkah isi investigasi tersebut? Saya rasanya kemungkinan besar memang iya. Pada masa kampanye pilpres yang lalu, Allan Nairn pernah membeberkan hasil investigasinya bahwa Prabowo pernah mengatakan bahwa dirinya siap menjadi pemimpin diktator demi kemajuan bangsa, karena Indonesia belum siap berdemokrasi. Belakangan, semakin terlihat bahwa investigasi itu sepertinya memang benar. Ingat bahwa tepat setelah pilpres, pihak Koalisi Merah Putih dengan dipimpin oleh Prabowo memperjuangkan UU pilkada tidak langsung, yang mana jelas secara terang-terangan bermaksud menghancurkan demokrasi Indonesia. Selain itu, Allan Nairn adalah jurnalis kawakan yang perjuangannya sudah mendunia. Ia berkali-kali dipenjara, dideportasi, dikejar-kejar pemerintah, akibat investigasi-investigasinya itu. Untuk alasan apa lagi ia melakukan investigasi-investigasi itu, sampai bersedia menanggung begitu banyak kesusahan seperti itu, kalau bukan memang untuk memperjuangkan kebenaran?
Hasil investigasi Allan Nairn itu sangat masuk akal, bisa merangkai semua puzzle yang ada. Jika investigasi Allan Nairn itu benar, maka bisa dijelaskan kenapa pemerintahan Jokowi bersikeras tidak mau menuntaskan kasus 1965, kasus 1998, dan kasus pembunuhan Munir. Bisa dijelaskan juga kenapa pemerintah ngotot tidak mau membuka dokumen hasil investigasi tim pencari fakta kasus pembunuhan Munir. Hasil investigasi itu juga bisa menjelaskan kenapa pemerintah tidak pernah berani membubarkan FPI sekalipun belakangan mereka berani membubarkan HTI. Bisa dimengerti juga kenapa hingga sekarang para tersangka kasus makar seperti Ratna Sarumpaet, Kivlan Zein dkk itu tidak pernah diapa-apakah, kasusnya menguap begitu saja.
Jadi singkatnya, saya yakin memang militer berniat melakukan kudeta terhadap Jokowi, terutama digerakkan oleh mereka-mereka yang terlibat dalam kasus 1965 itu. Mereka marah karena tahun lalu Jokowi mengadakan simposium 1965 yang mana menyimpulkan bahwa negara memang terlibat dalam kasus 1965 itu, ditambah lagi para korban bisa curhat sesuka hati panjang lebar di forum tsb, membeberkan semua borok yang ada. Sebagian anggota militer yang terlibat 1965 itu masih ada di militer sekarang, atau mempunyai keluarga, sahabat, dan anak buah yang masih berkiprah di militer sekarang dan memiliki pengaruh kuat; contohnya saja mantan presiden kita itu. Nah, dalam berpolitik, presiden wajib bisa menggandeng pihak militer supaya posisi dirinya kuat dan aman, itu sangat vital. Adanya upaya untuk menggulingkan presiden, baik itu dari pihak politisi, pengusaha, teroris, pihak bangsa asing atau apapun, semuanya hampir pasti bisa diatasi oleh pihak militer. Tapi jika sampai presiden gagal menggandeng militer, gagal mendapatkan kesetiaan militer, habislah sudah. Nah, inilah repotnya jika presiden kita tidak memiliki background militer sama sekali. Tak heran para mantan presiden kita yang tidak punya background militer bisa begitu mudah dikudeta seperti Soekarno dan Gus Dur, sementara presiden dengan background militer seperti Soeharto dan SBY bisa bertahan lama. Nah, jika sampai militer ini sampai berkeinginan menggulingkan Jokowi, wah, kiamat dah jadinya, sulit sekali bagi Jokowi untuk bisa mempertahankan diri.
Sekarang saya akan jelaskan bagaimana sudut pandang pihak militer kepada Jokowi. Pihak militer adalah orang-orang yang sudah bertahun-tahun dicuci otak dan diindoktrinasi habis-habisan untuk mencintai tanah air lebih daripada apapun, siap menderita dan mati untuk negara. Mereka dilatih untuk hidup susah dan menderita, tinggal di barak-barak kotor atau hutan selama berbulan-bulan demi negara. Mereka sepanjang hari diajarkan sejarah dan terus-menerus disuruh menghayati para pahlawan bangsa seperti Jenderal Sudirman, Soekarno dll. Karena itulah, umumnya para tentara kita selalu memiliki hati nasionalis, sekalipun belum tentu hatinya baik. Ada mantan kopassus kita yang saking nasionalisnya sampai menganggap boleh saja menumbalkan dan menculik aktivis-aktivis 1998 demi negara (tahu sendiri kan siapa?). Ada pula mantan tentara dan mantan presiden kita yang saking nasionalisnya menganggap boleh saja bersikap diktator dan melakukan berulang kali kasus pelanggaran HAM berat dan berkuasa sampai 30 tahun lebih demi negara (kau tahu siapa). Nah, bagi para tentara yang sudah makan asam garam begitu banyak untuk negara, siapakah Jokowi ini? Jokowi ini bagi mereka tidak lebih dari semacam "orang cupu", gak pernah merasakan menderita demi negara, gak pernah merasakan tinggal di hutan berbulan-bulan demi negara, gak pernah belajar sejarah pahlawan bangsa pagi hingga malam dsb. Nah tentu saja sulit bagi mereka untuk bisa respek dan loyal kepada Jokowi.
Selain pihak militer, juga ada banyak pihak lain yang mungkin berkeinginan melengserkan Jokowi. Mulai dari pihak lawan-lawan politik Jokowi dan Ahok seperti partai Gerindra, PKS, Amien Rais, dll. Kemudian juga pihak 9 naga dan para pengusaha yang bisnisnya terganggu oleh kebijakan-kebijakan Jokowi-Ahok. Kemudian pihak keluarga cendana. Kemudian pihak agamawan radikal yang ingin menjadikan Indonesia negara Islam. Lalu juga pihak Amerika yang memiliki freeport, yang mana membenci Jokowi karena terus-terusan menekan freeport dan menolak memperpanjang kontrak freeport. Nah, sangat sulit bagi Jokowi untuk bisa menahan semua serangan ini, dengan minimnya support yang ia miliki. Dari pihak Jokowi, yang sepertinya cukup loyal pada Jokowi hanyalah pihak kepolisian, yang dipimpin Tito Karnavian. Tito sepertinya cukup loyal kepada Jokowi, terlihat ia banyak membantu dengan menangkapi para tersangka kasus makar, berusaha membongkar kasus Rizieq Shihab, dll.
Pihak militer adalah kumpulan orang nasionalis, mereka mungkin ingin melengserkan Jokowi, namun mereka pasti setia pada dasar negara. Mereka pasti tidak akan setuju Indonesia dijadikan negara Islam, jadi mereka pasti menentang usaha para agamawan radikal seperti HTI itu. Namun demikian, karena dalam jangka pendek mereka sama-sama memiliki keinginan melengserkan Jokowi, bisa saja mereka bersatu untuk sementara. Namun seandainya Jokowi sudah lengser nanti, militer pasti akan menolak upaya apapun untuk menjadikan Indonesia negara Islam. Apalagi para pengusaha-pengusaha besar yang menentang Jokowi seperti 9 naga dkk itupun juga sebagian beragama non Islam, ditambah lagi keuntungan bisnis mereka pasti akan sangat terganggu apabila Indonesia berubah menjadi negara Islam, jadi para pengusaha inipun juga pasti tidak akan setuju. Karena itulah saya yakin upaya-upaya untuk merobohkan pancasila dan menjadikan Indonesia negara Islam itu tidak perlu dikhawatirkan, mereka pasti akan gagal.