Saya menyaksikan dengan berdebar-debar babak Extra Time dan adu penalti semifinal Capital One Cup Manchester United vs Sunderland tadi pagi. Pada akhirnya, Sunderland berhasil lolos secara dramatis. Sepertinya Januari 2014 telah menjadi periode yang amat kelam di MU. Mereka tersingkir di FA Cup, dan kali ini di Capital One Cup. Peluang juara di EPL sangat tipis karena mereka hanya berada di peringkat 7, sedangkan peluang di liga champions juga sangat kecil mengingat di sana banyak tim-tim kuat semacam Real Madrid, Bayern Munchen, dan Barcelona. Hashtag #moyesout pun kembali booming di twitter.
Saya justru sangat bergembira melihat tersingkirnya MU karena saya adalah MU haters. Tidak perlu saya jelaskan alasan saya membenci MU selama ini. Meskipun saya sangat senang dengan keterpurukan MU, saya kali ini hendak memberikan analisis saya mengenai penyebabnya
Kebanyakan orang menyebut David Moyes sebagai biang keladi keterpurukan MU. Wajar memang, selama beberapa tahun belakangan ini di tangan Ferguson MU tidak pernah mengalami keterpurukan separah ini. Namun apakah benar demikian?
Dalam pandangan saya, memang tak bisa dipungkiri bahwa David Moyes memiliki kualitas yang jelas di bawah Ferguson. Sejak awal musim saya sudah mengatakan pada beberapa rekan "saya tidak percaya david Moyes itu bisa sukses, dia bukan pelatih yang bagus". Adalah mengada-ada untuk mengatakan seorang pelatih yang selama 11 tahun melatih everton tidak pernah meraih titel apa-apa tersebut memiliki kualitas yang sama dengan Ferguson.
Namun menurut saya, sebenarnya kualitas David Moyes tersebut, sekalipun di bawah Fergie, tidak jelek-jelek amat. Prestasinya selama menangani Everton tidak jelek, sehingga ia dicintai fans dan Ferguson pun mengaguminya. Lantas kenapa MU bisa sekacau ini saat ditangani oleh Moyes?
Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa saya sebutkan:
1. Masa transisi. Tentu tidak mudah bagi para pemain, maupun para direksi dan staf untuk beradaptasi dengan seorang pelatih yang baru setelah selama berpuluh-puluh tahun terbiasa bekerja dengan Ferguson. Ferguson telah menjadi bagaikan ayah bagi para pemain, wajar saja jika motivasi mereka tidak sebagus saat dilatih Moyes. Mungkin mereka juga menjadi ragu-ragu saat menjalankan taktik Moyes, tidak seperti biasanya saat mereka begitu percaya diri menjalankan taktik Ferguson karena Ferguson telah terbukti selalu berhasil. Mereka juga kurang termotivasi di bawah kepemimpinan Moyes. Tak heran banyak pemain yang terlihat performanya jauh menurun musim ini sehingga mengundang berbagai kritik, seperti Evra, Young, Cleverley, Ferdinand, dll.
2. Cedera pemain. Ya, musim ini MU memang selalu dilanda badai cedera. Pemain-pemain seperti Fellaini, Jones, Young, Nani, Carrick, Ferdinand, Rafael dll terus keluar-masuk ruang perawatan. Dan yang paling parah adalah cedera Rooney dan Van Persie yang cukup lama. Sudah jelas bahwa musim lalu kedua pemain inilah roh permainan MU, dan musim lalu mereka tidak pernah cedera bersamaan untuk jangka waktu selama ini. Moyes sangat tidak beruntung dengan cedera kedua pemain ini sekaligus untuk jangka waktu yang lama.
3. Kegagalan di bursa transfer. Berbeda dengan para pesaing seperti Arsenal, Chelsea, City, maupun Tottenham yang berhasil memboyong sejumlah pemain baru berkualitas, MU hanya berhasil membeli Fellaini dan Zaha di bursa transfer yang lalu. Kedua pemain ini pun kualitasnya juga tidak begitu bagus; Zaha bahkan cuma pernah 1 kali saja dimainkan oleh Moyes musim ini.
Jadi kesimpulan saya, keterpurukan MU tersebut bukan semata karena Moyes. Seandainya para pemain MU tidak mengalami badai cedera, seandainya saja Rooney dan Van Persie bisa terus dimainkan, saya rasa MU mungkin setidaknya akan berada di peringkat 4-5 liga dan mungkin akan masih melaju di FA cup maupun capital one cup. Seandainya mereka berhasil mendatangkan setidaknya 1 pemain top di bursa transfer kemarin, bisa saja mereka berada di peringkat 2-4 Liga saat ini. Memang harus diakui bahwa kualitas Moyes masih di bawah Ferguson, namun sebenarnya Moyes juga tidak jelek-jelek amat; tidak mungkin Fergie memilih Moyes menjadi penerusnya tanpa alasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H