Lihat ke Halaman Asli

Harga BBM Memang Mutlak Harus Dinaikkan!

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kurang lebih sudah selama 3 tahun terakhir ini kenaikan harga BBM terus menjadi polemik. Tahun lalu, pemerintahan SBY akhirnya menaikkan harga premium menjadi 6500 per liter. Kini, wacana menaikkan lagi harga BBM kembali mengemuka, setelah Jokowi menyatakan hendak menaikkannya supaya bisa memiliki anggaran untuk merealisasikan program-program beliau. Beberapa waktu lalu saya membaca hasil survei LSI bahwa sebagian besar masyarakat masih menolak kenaikan harga BBM. Sebagai alumni fakultas ekonomi, saya merasa sedih melihat kenyataan betapa mutlaknya kenaikan harga BBM ini memang harus dilakukan, namun justru ditentang oleh masyarakat. Saya akan paparkan alasan-alasan logis kenapa harga BBM memang harus dinaikkan, kemudian disertai dengan sanggahan terhadap argumen-argumen yang biasanya digunakan oleh mereka-mereka yang menentang kenaikan harga BBM.

Alasan-alasan kenapa harga BBM harus dinaikkan:

1. Subsidi BBM adalah penggunaan uang negara untuk program yang jelas-jelas tidak tepat sasaran. Kenyataannya, selama ini premium justru banyak dinikmati kalangan-kalangan atas pemilik mobil. Sungguh disayangkan uang negara yang mencapai lebih dari 300 triliun per tahun justru dihamburkan untuk mereka ini. Saya akan paparkan apa yang saya lihat sendiri. Di kalangan teman-teman saya yang ekonominya menengah ke atas, mereka begitu boros menggunakan BBM. Saya mengamati ada 1 keluarga memiliki 3 anak, masing-masing anggota keluarga memiliki mobil sendiri (total 5 mobil dalam 1 keluarga). Masing-masing mereka tiap hari bepergian sendri dengan mobil masing-masing, dan mereka masing-masing rata-rata menghabiskan premium hingga 8 liter per hari. Lalu saya juga melihat sendiri bahwa yayasan universitas saya (ciputra) yang dikenal sebagai universitas elit, lembaga elit dan mapan, ternyata mobil-mobil dinasnya masih pakai premium semua, padahal jelas-jelas mereka adalah perusahaan elit berskala nasional dengan omzet yang tidak terbilang. Pantaskah uang negara dihamburkan untuk mereka-mereka ini?

2. Pada kenyataannya, subsidi BBM tidak menyejahterakan masyarakat. Masyarakat yang kurang terdidik salah memahami subsidi BBM. Mereka mengira dengan adanya subsidi BBM maka beban rakyat jadi ringan, karena biaya transportasi berkurang. Benarkah demikian? Tidak! Harga BBM yang terlalu murah tersebut justru memicu penggunaan kendaraan pribadi yang berujung pada kemacetan setiap harinya. AKibat kemacetan, biaya transportasi justru makin mahal! Perjalanan yang seharusnya hanya menghabiskan 1 liter bensin, akhirnya justru menghabiskan 2-3 liter bensin (akibat terjebak macet). Belum lagi berbagai kerugian lain akibat kemacetan dan penggunaan kendaraan pribadi yang begitu banyak: tingginya kecelakaan lalu lintas, polusi yang meninggi, biaya perbaikan jalan yang semakin cepat rusak, berkurangnya produktivitas warga akibat waktunya tersita di kemacetan jalan, dan sebagainya. Subsidi BBM TIDAK menyejahterakan masyarakat, justru MENYENGSARAKAN masyarakat!

3. Anggaran subsidi BBM yang mencapai hingga 300 triliun per tahun tersebut seharusnya bisa digunakan untuk banyak program lain yang menyejahterakan rakyat. Sebagai contoh, memberikan pendidikan dan kesehatan gratis, membangun infrastruktur, memberdayakan petani, dan sebagainya. Yang paling utama tentu saja seharusnya transportasi. Kenapa anggaran subsidi BBM itu tidak digunakan untuk membangun alat transportasi massal saja? Jika anda pernah ke singgapur, anda bisa melihat betapa nyamannya orang-orang di sana bisa bepergian ke sana kemari dengan mudah, cepat dan murah menggunakan MRT atau bis. Saat ini biaya pembangunan MRT jakarta adalah 12 triliun. Sekarang coba hitung bagaimana seandainya anggaran subsidi BBM sebesar 300 triliun per tahun itu digunakan untuk membangun MRT saja.  Bagaimana seandainya anggaran subsidi BBM selama 5 tahun terakhir (300 triliun x 5 = 1500 triliun) digunakan untuk membangun MRT? Mungkin saat ini sudah ratusan kota di indonesia bisa memiliki MRT dan kita tidak akan lagi terjebak kemacetan. Kita tidak usah susah payah lagi membeli mobil ataupun sepeda motor. Atau anggaran subsidi BBM itu seharusnya juga bisa digunakan untuk memperbaiki perekonomian negara ataupun membayar hutang luar negeri. Menurut data, utang indonesia pada 2010 adalah sekitar 1600 triliun. Seandainya saja anggaran subsidi BBM selama 5 tahun terakhir itu digunakan untuk membayar hutang luar negeri, mungkin seluruh hutang indonesia sudah lunas sekarang!

4. Subsidi BBM itu menimbulkan ketidakadilan pada masyarakat. Saya melihat sendiri bahwa di Indonesia ini cukup banyak orang kalangan menengah ke atas yang masih tahu diri, masih peduli pada tanah air. Mereka menuruti instruksi pemerintah untuk menggunakan BBM non subsidi karena mereka sadar BBM subsidi itu diperuntukkan rakyat menengah ke bawah. Nah mereka ini semakin lama semakin tercekik oleh semakin tingginya harga pertamax, yang diakibatkan semakin tingginya harga minyak dunia dan semakin melemahnya rupiah. Sementara banyak orang kalangan menengah ke atas lainnya tidak mau peduli pada negara, mereka malah enak-enakan beli premium terus walaupun duitnya banyak, tidak mau beralih ke pertamax. Pertanyaannya, pantaskah uang negara ratusan triliun per tahun dihamburkan untuk mereka-mereka ini? Mereka-mereka yang sebenarnya duitnya banyak tapi gak mau beli pertamax, tidak mau peduli pada keuangan negara? Pantaskah? Subsidi BBM tersebut kebanyakan dinikmati bukan sekedar kalangan menengah ke atas saja, namun lebih spesifik lagi: Kalangan menengah ke atas yang tidak peduli pada keuangan negara dan gak tau diri!

5. Harga BBM subsidi wajib dinaikkan demi menghemat SDA negara ini. Tahukah anda bahwa menurut penelitian, minyak negara ini akan habis sekitar tahun 2022 nanti? Saat ini konsumsi minyak negara ini sangat boros akibat harga BBM yang terlalu murah, ditambah lagi banyaknya kemacetan yang mengakibatkan bensin semakin cepat habis. Demi penghematan energi negara, sudah seharusnya harga BBM subsidi dinaikkan.

Selanjutnya, saya akan memberi sanggahan atas beberpa argumen yang biasanya digunakan para penentang kenaikan harga BBM:

1. Harga BBM tidak boleh dinaikkan supaya tidak terjadi inflasi.

Alasan yang sepintas masuk akal, tapi jika ditelusuri lebih jauh, khususnya mereka yang mengerti ekonomi, ini alasan yang ngaco. Justru penyebab inflasi adalah perekonomian, tingkat investasi dan infrastruktur yang buruk. Justru karena itulah harga BBM harus dinaikkan: supaya uangnya bisa digunakan untuk memperbaiki perekonomian, membangun infrastruktur, dan mendorong investasi. Saat ini saja jalanan di kota-kota besar sudah macet sedemikian parah, bagaimana bisa aktivitas perekonomian kita maju? Bagaimana mungkin investor-investor bersedia berinvestasi di Indonesia jika kemacetan sedemikian parah tiap hari, infrastruktur buruk dsb? Lagipula kalau mereka beralasan bahwa kita harus menjalankan kebijakan subsidi BBM supaya harga barang-barang murah, kenapa tidak sekalian saja suruh pemerintah juga mensubsidi harga rumah, mensubsidi harga tanah, harga mobil, harga apartemen, harga buku sekolah, harga mebel dsb? Ada kalanya kebijakan mensubsidi sesuatu memang diperlukan, namun tentunya yang disubsidi itu tentu harusnya sesuatu yang memang memberi manfaat besar khususnya bagi rakyat menengah ke bawah. MIsalnya saja subsidi pendidikan, subsidi beras miskin, dsb. Jangan malah premium yang disubsidi, mengingat premium itu dinikmati kalangan menengah ke atas yang tidak tahu diri dan justru mengakibatkan kemacetan.

2. Harga BBM tidak boleh dinaikkan karena nanti uangnya akan dikorupsi oleh DPR.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline