Lihat ke Halaman Asli

Paulus Tegar Setiadi

Menulis untuk belajar

Gerbang Biara SCJ

Diperbarui: 15 September 2021   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Suara Tuhan senyap saat gemerlap dunia menyelimuti hati. Hati tenggelam dalam rayuan gadis bersayap biru. Mata Berselputkan  tirai putih berkemilau. Keinginan kecil terpendam oleh roti ibu. Impian duduk di sebuah gubuk mewah mengambang teramat jauh.

Sebuah surat mendarat dalam kenikmatan jiwa. Mata terbelalak dan menerka setiap kata yang tersusun rapi diatas helaman putih. Aku tersentak, biara mengundangku masuk dalam keheninganya. Diam.

15 Juni 2021, kijang besi menghantar aku ke tanah ruwai jua. Kawanan burung seriti menggelisahkan tidur dan menambah liku-liku jalan tajam. Tanggamus perlahan lahan memunculkan pucuknya, hingga sampailah pada sebuah gedung tua. Hawa dingin terasa, ketenangan menyelimuti.

Engkau adalah kenyataan. Rencana-Mu lebih sempurna, terlampau tinggi bagiku.

Kini, bilik kecil menjadi saksi pergulatan. Misteri menjadi pertanyaan besar, kepastian tak kunjung datang. Bagaikan burung hantu yang terbang tanpa suara.

Para manusia tertawa saat mengenal hidup tanpa menikah. Cinta bukan hanya antara serigala jantan dan serigala perempuan. Cintaku adalah cinta antara domba dan gembalanya.

Aku, tegar, hamba dari Tuan yang memiliki samudera di angkasa dan tuan atas segala tanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline