Matahari tak pernah akan tenggelam
Ia hanya mengarak malam dalam sunyi dan hening
Ku pandangi riak ombak
Desusan nada gelombang
Demi mengajariku arti sebuah kehilangan
Tuhan mengorbankan hatiku hanya untuk mengikutiNya.
Hey ombak...
Begitu dalamkah perjuanganmu tuk menepi?
Cinta datang dari mata ke hati
Dan cinta yang salah datang dari hati ke air mata
Hey gelombang...
Mampukah engkau terus beradu kasih dalam lautan seindah ini?
Paparan rembulan malam ini
Samar-samar membentuk siluet
Tersirat hujan di mataku
Yang sering kali jatuh perlahan
Akan kupasang mataku disetiap sajak yang kutulis
Semoga saat engkau membacanya kita saling menatap dan melepas rindu.
Aku semakin akrab dengan pilihanku
Sebentar lagi akan kumantapkan niatku tetap maju
Selangkah tuk lebih dalam dengan Sang Maha Guru.
Kubawa semua kenangan, hanyalah genangan
Samudera kutinggalkan untukmu
Tak mengapa engkau pergi
Karena pilihan kita berbeda
Aku merindukanmu lebih dari pada yang bisa kutanggung.
Jangan tunggu aku pulang
Rinduku datang terlambat
Dinginnya malam ini hanyalah sementara
Dinginnya hatimu membuatku sengsara.
Tak mengapa,
Jatuh, terpuruk kemudian bangkit
Suatu saat akan kukatakan padamu
Bagaimana aku belajar cara bertahan darimu
Sulit bertemu bukan karena asumsi berlebihan
Hanya agar bisa saling lebih menikmati rindu.
Trima kasih untukmu...
Kan kusimpan rindu ini dalam dasar laut
Kurangkai rasa ini dalam karang laut
Kemudian kutanamkan barisan kasih ini bersama rumput laut.
Trima kasih untukmu saksi bisu
Yang telah temani hati dalam sunyi
Seindah-indahnya mutiara tak seindah
Sekeping hati dalam sunyi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H