"Jangan hanya mencintai agama, tapi agamakanlah cinta." - Gus Dur.
Suatu Kondisi yang Baru
Untuk dihargai adalah hak dasar semua manusia di muka bumi yang didapat sejak lahir. Belum dicampuri oleh urusan karakter, ras, atau kepercayaan. Begitulah pembekalan awal yang didapati oleh siswa-siswa Kolese Kanisius---Kanisian---sebelum mengikuti kegiatan ekskursi.
Terdengar sederhana, namun pesan tersebut mudah untuk ditutupi prasangka-prasangka zaman sekarang. Ide-ide yang secara begitu perlahan menetap di dalam pikiran saya, dan mungkin teman-teman saya. Terutama yang sering berselancar di dunia maya, di mana yang buruk dan baik tidak bisa dibedakan dari satu sama lain.
Menanggalkan kesibukan dan akses ke dunia maya, kami meninggalkan sekolah, berikut Jakarta. Hari yang cerah tengah menaungi Pondok Pesantren Al-Ittifaq ketika minibus membawa rombongan Kolese Kanisius sedikit demi sedikit ke fasilitasnya.
Di saat itu juga seakan-akan sebuah dinding telah dilongkapi di antara kedua pihak. Para penghuni kota yang terbiasa dengan hidup yang cepatnya tidak memaafkan, dengan para santri dan sepuh pesantren yang telah mendisiplinkan diri untuk menghayati setiap hari dengan ibadah.
Bagaimana ekskursi tersebut berjalan?
Runtuhnya Asumsi
Bekal pertama yang dibawa dalam diri setiap Kanisian yang baru saja menapakkan kaki ke lingkungan Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah segala prasangka dan asumsi negatif berkaitan dengan stereotip kumuh.