Di antara kita pasti tidak asing dengan media massa sebagai gerbang dari segala informasi secara nasional ataupun global. Namun, pasti banyak diantara kita bertanya-tanya, mengapa kerap sekali kanal berita memberitakan kejadian yang sama namun dengan narasi yang berbeda? contoh dari narasi yang berbeda disini sebagai contoh media asal AS, New York Times membawa narasi kejahatan perang rezim Assad atas penggunaan senjata kimia, namun di sisi lain media asal Rusia, RT membawa narasi bahwa tuduhan penggunaan senjata kimia rezim Assad hanyalah propaganda semata untuk melegalkan intervensi militer layaknya invasi Irak oleh AS yang pada dasarnya tidak terbukti adanya senjata biologis.
Melirik perkembangan media massa, rupanya media massa juga menjadi alat mempromosikan serta menyebarluaskan informasi yang menguntungkan ideologi tertentu, seperti halnya media massa di Indonesia yang jelas terlihat haluan ideologinya yaitu media "Harian Rakyat" di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Terinfiltrasinya ideologi ke dalam suatu media massa merupakan hal yang sangat lumrah terjadi sehingga kerap diantara kita merasa "tidak terlalu percaya" dengan narasi politik yang dibawakan karena terlalu menyudutkan dan terlihat sangat tidak faktual.
Sebagai contoh narasi yang sedang trending saat ini yaitu adanya pembersihan etnis muslim Uyghur oleh pemerintah Tiongkok yang pada umumnya dibawakan oleh media barat seperti BBC, CNN, NYT, dan Aljazeera serta adanya concentration camp ala Nazi. Tentu hal ini menggemparkan dunia khususnya masyarakat yang menjunjung tinggi HAM dan sesama umat muslim. Namun ada saja masyarakat yang tidak mudah percaya dengan narasi yang diberitakan dengan mencari sumber yang lain dengan topik yang sama, hingga menemukan SCMP (South China Morning Post) yang memberi klarifikasi bahwa narasi pembersihan etnis Uyghur dan concentration camp tidak lah benar, ada pun tindakan pemerintah Tiongkok sebagai bentuk menangkal extrimisme di Xinjiang dengan mendirikan re-education camp yang berfungsi sebagai tempat re-radikalisasi para terduga extrimis dari kelompok ETIM (East Turkistan Islamic Movement). Tentu isu-isu ini dapat menjadi senjata bagi AS selama perang dagang dengan Tiongkok untuk meruntuhkan reputasi politik Tiongkok di dunia Internasional hingga pada isu senjata biologis Tiongkok yang bocor seperti COV-19 yang berujung pada Sinophobia dan sentimen Anti-Asia di Amerika Serikat.
Mengetahui dua informasi sama dengan isi yang berbeda tentu membuat pusing siapa sebenarnya yang benar, sehingga akan menjadi penting bagi kita untuk terus menggali informasi serta menambah wawasan dengan tidak terpaku pada satu sumber yang mungkin dapat mengarahkan kita pada tujuan politik itu sendiri.