Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka untuk Presiden Republik Indonesia

Diperbarui: 11 Juli 2017   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dengan hormat,

Sebelum kami mohon maaf jika ada salah kata dalam mengungkapkan kejadian yang kami telah lalui.

Yang Mulia kami menulis ini dalam keadaan sehat secara jasmani dan rohani. Tulisan ini kami buat karena kami telah lelah menempuh seluruh akses yang ada untuk menyampaikan beberapa perasaan kami kepada Yang Mulia, kami yang bernama Paulus Alfret dan Mariono Iyo dengan dasar niat utama kami membuat ini untuk tidak terjadi lagi kejadian seperti yang kami alami dan mencari kebenaran serta kepastian, izinkan kami menyampaikan ini.

Pada saat itu tepatnya Hari Kamis Tanggal 16 Maret 2017 Pukul 08:53 WIB kami melihat informasi yang diberikan oleh teman sekelas kami bernama Afriyuni, dimana dalam komentar dia mengatakan Yang belum baya buku bu endang, jangan lupa dibawa uangnya nanti nilainya ngak keluar, setelah membaca pesan singkat itu kami melanjutkan aktifitas kami, berkisaran Pukul 19.00 WIB kami sedang mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dimana saat itu adalah hari terakhir kami Ujian yang Dosen Penguji adalah Dra. Rr. Endang Sri Sulasih, M.P.d, 

Disaat kami telah berada didalam ruangan Ujian dan sedang mengisi Lembaran Jawaban Ujian Akhir Semester tersebut, selang waktu 15 menit tiba -- tiba terdengar suara Dosen Penguji Dra. Rr. Endang Sri Sulasih, M.P.d menginstruksikan kepada mahasiswa/i agar Kartu Ujian yang diberikan oleh Fakultas kepada Mahasiswa segera dikumpulkan kepada beliau.

Setelah dikumpulkan dikarenakan kami tidak memiliki Kartu Ujian kami pun khawatir dengan kegelisahan tersebut kami mencoba tetap fokus mengisi lembaran jawaban, selang waktu 15 menit berkisaran Pukul 19.30 WIB kami pun dipanggil Dosen Penguji karena kami tidak mengumpulkan Kartu Ujian di depan teman sekelas kami dan disaat itu pun kami khawatir dan malu, dikarenakan kami memiliki Tunggakan Pembayaran Biaya Perkuliahan dan tidak memiliki Kartu Ujian, selang waktu 5 menit Dosen Penguji Dra. Rr. Endang Sri Sulasih, M.P.d, menyuruh kami untuk meminta Lembaran Pengantar ke Pihak Fakultas agar dapat melanjutkan Ujian Akhir Semester tersebut, namun mengingat waktu telah Pukul 19.40 WIB tidak memungkinkan untuk kami meminta Lembaran Pengantar lalu kami mencoba memohon untuk dapat mengikuti Ujian Akhir Semester dan segala kekurangan kami akan kami penuhi dengan segera (menyusul) kepada Dosen Penguji Dra. Rr. Endang Sri Sulasih, M.P.d, 

Namun beliau tetap kekeh dengan pendiriannya dan menyuruh kami untuk menemui Sdr Adit salah satu Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana agar dapat memiliki Lembaran Pengantar, dengan hati yang sangat kacau dan rasa malu yang tidak terbendung dihadapan teman - teman kami akhirnya selang waktu 5 menit kami menemui Sdra Adit dan kami pun mencoba menjelaskan kondisi kami menemui beliau, lalu kami meminta Lembaran Pengantar sesuai dengan arahan Dosen Penguji, dan akhirnya Sdr Adit pun menjelaskan tidak dapat memberikan Lembaran Pengantar karena sudah sangat larut, sudah tidak ada orang lagi mas di Fakultas, dengan perasaan yang tak terbendung kami memohon kepada Sdra Adit,

Akhirnya beliau pun mengarahkan kami kepada salah satu Staf Tata Usaha yang lain bernama Bp. Subur yang mungkin dapat membantu kami untuk melanjutkan Ujian dan setelah mendapat arahan Sdra Adit akhirnya kami pun bertemu dengan Bp. Subur serta menjelaskan kondisi kami lagi kepada Bp. Subur lalu akhirnya Bp. Subur pun menjelaskan seperti hal nya yang telah dijelaskan oleh Sdr Adit tidak dapat memberikan Lembaran Pengantar karena sudah larut, sudah tidak ada orang lagi, dengan menahan air mata kami memohon meminta Bp. Subur untuk membantu kami menjelaskan kepada Dosen Penguji bahwa Fakultas sudah tidak dapat mengeluarkan Lembaran Pengantar, selang waktu 15 menit akhirnya Bp. Subur bersedia membantu menjelaskan kepada Dosen Penguji, lalu kami beserta dengan Bp. Subur memasuki Ruangan yang sedang dilaksanakan Ujian Akhir Semester tersebut, didepan hadapan teman teman kami Bp. Subur berbicara dengan Dosen Penguji, sekilas kami mendengar pembicaraan Bp. Subur agar dapat memberikan kebijakan untuk kami mengikuti Ujian Akhir Semester tersebut kepada Dosen Penguji Dra. Rr. Endang Sri Sulasih, M.P.d, namun dengan suara Lantang di hadapan Bp. Subur dan temen teman sekelas kami Dosen Penguji Dra. Rr. Endang Sri Sulasih, M.P.d, mengatakan KAMI TIDAK DAPAT MENGIKUTI UJIAN JIKA TIDAK MEMILIKI KARTU UJIAN. 

Bp. Subur pun mencoba membantu kami lagi namun jawaban Dosen Penguji tetap sama, selang waktu 15 menit kami mencoba memohon lagi kepada Dosen Penguji untuk dapat diperbolehkan mengikuti Ujian Akhir Semester, namun jawaban beliau pun tetap sama dan dengan volume suara yang sama dalam berbicara dengan kami, dengan rasa kecewa yang sangat besar kami turun kelantai dasar bersama dengan Bp. Subur dan disepanjang perjalanan kebawah Bp. Subur pun mengatakan sabar aja dan lunasin aja dulu tunggakannya serta kami pun akhirnya tidak berfikir lagi mengenai Ujian Kampus tersebut Yang Mulia.

Kami memikirkan Ujian Kehidupan yang kami alami, tekanan mental yang cukup berat dan dengan perasaan sedih yang tidak dapat diungkapkan dengan kata -- kata Yang Mulia, dengan menyaksikan teman -- teman yang lain mengikuti ujian, berkisaran pukul 20.15 WIB dengan berat hati akhirnya kami pulang, di sepanjang perjalanan dengan air mata yang tetap terjaga kami mencoba bercanda gurau menghilangkan ingatan yang telah kami alami dikampus, setiba dirumah kami saling diam tanpa ada kalimat yang keluar, selang waktu 20 menit kami berencana  menyampaikan apa yang kami alami kepada Yang Mulia melalui Surat Pengaduan tertanggal 17 Maret 2017, 

Disepanjang malam ditemeni dengan pikiran yang sangat kacau dalam mengingat - mengingat kembali kejadian yang telah kami alami seperti yang tertuang dalam surat pengaduan kami kepada Yang Mulia, dan pikiran kami pun menerawang ke beberapa tahun yang lalu ketika kami sedang duduk dibangku sekolah, dimana Yang Mulia disetiap saat menjelang Ujian, kami selalu sedih melihat bapak dan ibu kami, mereka terlihat benar -- benar kebingungan mencari pinjaman agar kami dapat mengikuti Ujian Sekolah dan kami pun telah menceritakan kepada orang tua kami masing -- masing tentang kejadian -- kejadian yang kami alami di Kampus, dengan derasnya air mata orang tua kami, sambil berbicara sudahlah pendidikan itu hanya untuk orang tertentu, kita harus sadari akan kondisi kita, kan dari awal udah dibilang jangan kuliah, karna kami sebagai orang tua tidak sanggup membantu apapun itu urusan kuliahmu, kami disini memikirkan keseharian aja sudah pusing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline