Dalam artikel saya terdahulu, "Perjodohan atau Bukan, Masalah? Yang Penting Happy!"(Kompasiana, 20/5/2021), perkawinan perjodohan (pilihan orang tua) bukanlah menjadi masalah dalam menggapai keluarga bahagia. Mengapa? Karena kebahagiaan tidak turun begitu saja dari langit. Kebahagiaan hidup perkawinan harus diusahakan oleh suami-istri sepanjang hidup. Bahwa kadar cinta relatif kurang, hendaknya terus-menerus ditingkatkan melalui tali kesalingan, yaitu saling terbuka, saling menghargai, saling mendengarkan, saling mengorbankan, dan saling memaafkan.
Perkawinan sudah terjadi. Kedua orang muda itu siap menjadi bapa dan ibu, atau ayah dan bunda. Legalitas hidup bersama mereka sudah diterima oleh masyarakat, negara dan agama.
Lantas, dari kacamata iman, apakah perkawinan karena perjodohan juga merupakan suatu panggilan Allah?
Hakikat Panggilan Allah
Setiap manusia bukanlah cuma-cuma diciptakan oleh Allah. Allah berkenan menghadirkan manusia di tengah-tengah makhluk dengan tujuan yang mulia.
Prof. Dr. Martin Harun, OFM, Dosen Kitab Suci STFT Driyarkara mengatakan bahwa
setiap manusia, apapun agamanya, terpanggil sebagai mitra Allah dalam menciptakan dan melestarikan kehidupan. Persoalannya, kapan seseorang itu sadar bahwa ia dipanggil oleh Allah?
Panggilan Allah zaman sekarang jelas berbeda dengan panggilan dalam kitab suci. Dalam kitab suci Allah memanggil manusia secara langsung. seperti panggilan Nabi Musa dan Nabi Elia.
Panggilan Allah zaman sekarang berbeda. Allah tidak hadir secara langsung di sekitar kita. Hanya dalam terang iman, kita menghayati bahwa Allah selalu hadir dalam setiap saat dan setiap tempat dan dalam setiap orang. Kita semua terpanggil untuk menciptakan dan merawat kehidupan ini dalam berbagai bentuk hidup dan profesi.
Perkawinan sebagai Panggilan Allah