Salah satu kebahagiaan suami adalah menikmati masakan lezat sang istri. Dengan bangganya, ia melahap masakan istri sembari mengangguk-angguk, atau sembari memuji-muji kehebatan istrinya. Di sini lah istri merasa dihargai, merasa disanjung, bahkan merasa berhasil membangun cinta dalam diri suami.
Nyatalah di sini bahwa memasak bukan sekadar suatu kewajiban seorang istri di rumah. Lebih dari itu, memasak merupakan ekspresi cinta seorang istri terhadap suami.
Maka, tidak berlebihan jika pepatah kuno mengatakan "cinta suami datangnya dari perut" (maksudnya makanan).
Memasak sebagai Hobi Istri
Memasak sebagai hobi sang istri tentu menyenangkan. Ia melakukannya dengan ikhlas. Ia selalu mencoba dan mencoba memasak dengan jenis dan menu masakan yang bervariasi. Terpaku pada menu-menu masakan tertentu, baginya akan menyurutkan selera makan suami. Bahkan, satu hal yang tidak pernah berlalu dalam pikirannya adalah masakannya harus sesuai dengan cita rasa suaminya. Masakannya harus habis dilahap. Karenanya, ia tidak kaku dengan menu masakan tertentu. Ia selalu kreatif dengan selalu mencoba menu masakan yang baru. Ia terus bereksplorasi dengan mempraktikkan menu-menu masakan yang ditawarkan dalam majalah, layar televisi atau pada canel-canel youtube. Ia mengolahnya sendiri, mulai dari belanja bahan-bahan di pasar, meracik bumbu, memasak, hingga menyajikannya di meja makan.
Efisiensi Waktu
Bekerja di luar rumah sebagai karyawan pada suatu lembaga atau perusahaan seringkali menjadi alasan seorang istri untuk tidak memasak. Ini bisa dimaklumi. Beban pekerjaan yang banyak telah menguras tenaganya sehingga ketika pulang ke rumah, ia memanfaatkan sisa waktunya untuk beristirahat.
Berbeda dengan istri yang hobinya memasak. Sebagai seorang karyawan, ia harus profesional. Ia harus bisa mengatur waktu secara efisien.
Di sinilah ia ditantang. Ia harus bangun pagi-pagi benar untuk berbelanja ke pasar. Setelah itu, ia menyiapkan makanan atau sarapan yang sesuai dengan selera suami sebelum meninggalkan rumah. Begitu juga ketika ia kembali dari kerja. Ia malah memanfaatkan waktu luangnya dengan memasak. Ia melakukannya dengan gembira di dapur sambil bernyanyi-nyanyi kecil atau sambil membunyikan lagu dari HP-nya.
Sebagai manusia, terkadang pekerjaan di kantor membuat ia stres dan kelelahan. Ini wajar-wajar saja. Pekerjaan yang banyak atau situasi kantor yang kurang kondusif telah menguras energinya. Namun, ini bisa diatasinya dengan memasak. Baginya, memasak dapat meningkatkan kesehatan mentalnya. Melalui gerakan lincah jari-jemari, ia menyalurkan energi. Memasak menjadi kegiatan yang positif. Memasak dijadikannya sebagai hiburan dan kegiatan untuk membantu menenangkan stres.