Lihat ke Halaman Asli

Susyono, Pemimpinku

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash



Satu per satu pendukungnya mundur, balik badan, dan menikamnya dengan perkataan mencela. Dia yang semula tampak gagah berani, berkarakter, dan berkharisma, sekarang tampak seperti orang yang letih tak bertenaga, kebingungan dan jenuh. Hal itu dapat kulihat dari sorot lemah matanya serta bibirnya yang sudah jarang tersenyum dan terkesan dipaksakan. Sangat bertolak belakang dengan senyumnya yang dulu selalu mengembang dan terasa bersahabat. Tak sedikit orang yang menghujatnya lewat kertas koran maupun layar kaca.

***

Pemimpinku, sebut saja Susyono, adalah seorang lelaki tambun yang pernah merasakan pahit dan manisnya menjadi tentara. Dengan modal kendaraan politik baru, ia memenangi dua kali pesta demokrasi yang telah berlangsung di tanah airku. Pesta pertama, ia meminang seorang pebisnis yang secara fisik berbeda jauh darinya. Pebisnis itu memiliki kendaraan politik yang jauh lebih besar dari kendaraan politik milik Susyono. Selama 5 tahun setelah pesta pertama itu, pasang surut negeriku ia pimpin dengan penuh tanggung jawab. Ia pernah menaikkan, dan juga pernah menaikkan harga bensin. Beberapa bulan setelah pelantikannya, negeriku mengalami duka yang luar biasa, lantaran bagian barat negeriku dihajar gempa besar serta tsunami menggelora. Sisi ke-bapakkan-nya untuk merangkul semua korban mendapat respon positif dari dalam dan luar negeriku. Kasus korupsi juga terbongkar pada periode ini. Sebut saja kasus yang menimpa besan Susyono, Pak Puhun. Susyono dengan tegas mampu memenjarakan besannya tersebut.

Seiring berjalannya waktu, kendaraan politik Susyono semakin besar, bahkan diprediksi akan memenangkan pesta demokrasi kedua. Benar saja. Pada pesta kedua, Susyono yang meminang salah seorang ahli ekonomi negeriku, berhasil melesatdan meninggalkan lawan-lawannya. Kemenangan mutlak tersebut membuat Susyono memimpin kami untuk kedua kalinya dalam periode yang berurutan. Selama hampir tiga tahun Susyono memimpin negeriku, ia banyak mendapat ujian berat. Di salah satu pulau bagian barat negeriku, terjadi pembantaian pekerja-pekerja oleh masyarakat abu-abu. Tidak jelas siapa pelakunya. Bahkan, terdengar kabar bahwa aparat melegalkan dan cenderung membiarkan pembantaian manusia atas manusia tersebut. Ada juga kasus tenaga kerja negeriku yang terancam hukum pancung di negeri lain. Dan yang paling membuat resah aku dan masyarakat lain adalah kasus korupsi yang sepertinya terus tersiar di media, baik cetak maupun elektronik. Kasus korupsi itu dilakukan juga oleh jagoan-jagoan kendaraan politik Susyono sendiri. Bendahara kendaraan politik Susyono, sebut saja Nazir, mengaku tak sendirian dalam praktek korupsi sebuah proyek. Ia mengaku bahwa dalam internal kendaraan tersebut, ada politik uang saat pemilihan ketua kendaraan tersebut. Dengan menyebut sebuah nama, sebut saja Amas, ia berusaha meyakinkan hakim persidangan dan kamibahwa Amas bersalah dan harus segera ditangkap. Yang paling membuatku terkejut adalah saat Nazir menyebut nama seorang mantan Putri negeriku, yang juga baru menjanda. Semula aku melihatnya sebagai perempuan baik-baik yang tak mungkin melakukan korupsi dan ikut dalam politik uang. tapi ternyata, supremasi hukum mampu membuka aibnya, sehingga sekarang sang putri tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka.

Baru-baru ini, Susyono beserta wakilnya, dan anggota dewan perwakilan kami, mengeluarkan suara lantang untuk menaikkan harga bensin. Terang saja, hal ini langsung memunculkan berbagai ekspresi yang beragam dari berbagai kalangan di negeriku. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa harga bensin tak perlu naik. Ahli-ahli kontra suara pemerintah tersebut memiliki hitung-hitungan yang bagi orang awam, sulit untuk dibantah. Demikian juga dengan ahli yang pro terhadap suara lantang tersebut, tentu memiliki hitung-hitungan yang lagi-lagi bagi orang awam, sulit untuk dibantah. Puncak dari kemelut di negeriku seputar isu harga bensin adalah pada Jumat malam, massa yang terdiri dari mahasiswa, buruh, dan ormas terlibat bentrok dengan polisi yang menjaga tempat isu ini dipersidangkan. Saat massa mengamuk di luar, para wakil kamisecara alot berdiskusi dan bersepakat sesuai dengan kepentingan masing-masing. Keputusan yang ditunggu bak air di tengah kekeringan itu pun datang, dan ternyata keputusan itu masih menggantung.

Tentu saja selama masa kepemimpinannya Susyono selalu mendapat sorotan tajam dari berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Susyono seperti merasa sendirian. Merasa tertekan. Tekanan yang datang tak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri. Susyono terlihat merasa tunduk dengan kekuatan dan permintaan asing yang sejatinya merugikan negeri kami, negeri Susyono sendiri. Kami dijajah di tanah air kami.

***

Kini, kami hanya menggantungkan harapan pada yang Maha Kuasa. Sulit untuk mempercayai siapapun, termasuk Susyono. Memang, dulu ia sering menghiasi layar kacaku dan jutaan orang lain dengan pidato-pidato yang membuat kami merasa bangga dan optimis. Tapi kini, pidato-pidatonya seakan hanyalah ungkapan hati seorang pemimpin yang justru akan menumbuhkan rasa pesimis di dada kami.

Aku hanya bisa menangkupkan kedua tanganku agar Yang Maha Kuasa segera memberikan rahmat dan ketegasan kepada Susyono agar beliau mampu mengusir segala kekuatan perusak negeri kami. Kami hanya berdoa agar pemimpin setelah Susyono dapat jauh lebih baik dari pendahulunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline