Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Agama adalah Candu dan Keberadaan Pancasila

Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

history.com

Agama adalah Candu dan Keberadaan Pancasila

Selamat Hari Kesaktian Pancasila

Momen 01 Oktober bagi bangsa ini sangat spesial. Masih pro dan kontra ya wajar. Tertuduh hingga hari ini, bahkan sangat sensi jika bicara mengenai komunisme, bukan sebagai sebuah paham, hanya mendengar kata itu saja sudah bisa membuat sewot.

Tentu saja bahwa hal ini memang setingan oleh penguasa Orde Baru dan dunia waktu itu yang mau mengebiri komunisme dan sosialisme yang menjadi 'musuh' besar kapitalisme yang mau menguasai dunia. Berdekade-dekade lampau.

Tokoh-tokoh yang bersikap kritis pada agama sering dianggap komunis, ateis, dan seterusnya. Sering dijadikan bahan untuk menyerang dan mendeskreditkan mereka oleh kaum agamis. Padahal sering  tanggapan atau  gagasan mereka itu realitis. Agama yang tidak memperkembangkan dinyatakan sebagai candu, Karl Marx.

Konteks yang terjadi adalah, ketika orang gagal, mereka akan berharap bahwa nanti di surga akan tergenapi. Konsep agama, yang bagi Karl Marx itu penghambat kemajuan dan daya juang. Nglokro karena menantikan jawaban dan juga reward di surga atau akhirat nanti.   

Hari-hari ini, bangsa ini sedang dihidupi dengan gaya hidup yang identik dengan kritik Marx ini. Lihat saja bagaimana kekerasan oleh guru agama terjadi di mana-mana, ada yang hamil, meninggal, dan hukuman yang berlebihan dibandingkan apa yang dilakukan.

Hanya karena tidak hafal ayat Kitab Suci, anak dihukum squat jump dan meninggal. Hukuman yang berlebihan. Senada, ketika  ada guru yang melempar kayu berpaku hingga anak didiknya meninggal, karena tidak ikut sholat bareng di sekolahnya.  Atas nama penegakan aturan surga.

Aksi intoleransi atas nama nyanyian surgawi juga begitu lantang terdengar dari mana-mana. Atas nama surga dan akherat, mereka melukai sesamanya. Kemanusiaan hilang karena impian surga dan akherat yang mereka yakini keberadaannya. Versi mereka, bukan universal apa yang mereka yakini. Cenderung sektarian, karena sesamanya, yang beragama atau berkeyakinan sama saja masih mempertanyakan, bahkan menyalahkan apa yang diyakini beberapa pihak ini.

Pemaksaan kehendak atas nama agama di mana-mana terjadi. peristiwa di pertandingan PON, ketika salah satu atlet diwajibkan dengan jilbab, padahal Nonmuslim. Pro kontra terjadi lagi. Senada dengan keberadaan   anak sekolah Kristen dipaksan juga mengenakan jilbab. Sedikit ke belakang, ketika pasukan pengibar bendera Hari Kemerdekaan perempuan berjilbab diminta membukanya, langsung beramai-ramai mengutuk si penggagas. Lagi-lagi atas nama perintah agama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline