Paus Fransiskus, Kesederhanaan, dan Perilaku Beragama
Selamat Datang Bapa Suci Fransiskus
Menarik apa yang publik terutama netizen riuh rendahkan selama kedatangan Paus Fransiskus kemarin. Pihak yang paham spiritual, terutama orang Katolik yang mengenyam pendidikan lebih mengenai hal ini berkomentar bagaimana sosok Paus itu sebagai Jesuit dan Fransiskan sekaligus. Sosok sederhana sebagaimana Santo Fransiskus.
Ada sebuah komentar dalam status pegiat media sosial, yang mau menisbikan kesederhanaan Paus yang ia katakan sebagai sebuah hal biasa, karena menggunakan jet pribadi ataupun pesawat komersial yang disewa. Esensi yang jauh berbeda dan sekadar mau menegasikan sikap sederhana itu. Padahal bukan hanya pilihan pesawat.
Permintaan kepada pemerintah Indonesia jelas-jelas sebuah hal yang sangat sederhana bukan sekadar slogan omong kosong. Meminta kesederhanaan dalam protokoler, makanan, dan penginapan. Beliau mengatakan mau makanan sebagaimana makanan yang dimakan setiap harinya. Tentu saja tidak akan sulit bagi tuan rumah.
Makin terkonfirmasi jam tanggannya seharga dua ratus ribuan, bisa dibandingkan dengan pengusaha, politikus kita, bahkan birokrat kita banyak yang mengenakan jam tangan berharga dengan kisaran angka milyar. Baju belasan juta.
Kendaraan yang beliau inginkan adalah yang biasa dikendarai umat atau masyarakat kebanyakan. Pilihan pada mobil dengan harga setengah milyar. Wajar, padahal dalam hidup harian kita lihat pemimpin agama kecil, lokal, setempat saja sudah lebih dari dua atau tiga mlyar. Ada lho "anak buah" buah Paus yang dihadiahi mobil seharga itu. Tidak salah juga.
Salah satu aturan tertulis untuk pemimpin umat di Indonesia, terutama Keuskupan Agung Semarang, mengenai kendaraan adalah sama persis permintaan Paus. Kendaraan sama dengan umat kebanyakan, kelas kijang bukan sedan. Mau menunjukkan pemimpin itu pelayan, tidak meninggalkan umatnya.
Tentu kita juga paham, bagaimana perilaku beragama di negeri ini, politikus yang gemar mengutip ayat suci, pengusaha beda koridor untuk kemewahan, meskipun ada pengusaha yang sederhana. kendaraan mewah tapi ngemplang pajak, lamborghini, mustang, BMW, ferrari, sayangnya tidak dilengkapi dengan sikap bertanggung jawab dan rendah hati.
Mereka berhak juga bermewah-mewah, namun apakah mau membayar pajak, berkenan untuk menjual untuk dijadikan bantuan pembelian beras bagi masyarakat miskin? Jika itu sudah bisa, silakan saja menikmati hasil jerih lelahnya. Tidak ada yang salah.
Kesederhanaan bukan antikkekayaan.