Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

"Flu Banteng" Menghantui Pilkada

Diperbarui: 12 Juli 2024   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cinema.fanpage.it/ferdinand-il-trailer-italiano-la-trama-e-i-personaggi/

"Flu Banteng" Menghantui Pilkada

Tentu saja ini hanya sebuah istilah, tidak berkaitan dengan covid, flu burung, ataupun flu babi. Hanya sebuah istilah yang mau menggambarkan banteng yang sedang letih, lesu, dan lumpuh layuh dalam menghadpi pilkada. Seolah integritas dan ideologinya sudah hilang, sehingga mau mengusung orang-orang yang dulunya dijadikan rival malahan.

Partai berlambang banteng moncong putih ini masih digdaya di pileg dengan menjadi kampiun. Namun terkapar saat pilpres. Malah menjadi juru kunci. Miris sebenarnya. Namun rela atau  tidak, yang terjadi adalah kesalahan strategi yang fatal yang dipilih dan dlakukan oleh PDI-P sendiri.

Partai ini adalah partai nasionalis yang waras di tengah partai-partai nasionalis yang genit dan suka berasyik masyuk dengan gerakan dan golongan ultrakanan. Konsistensi dalam menjaga nasionalisme yang sejati. Sayang, bahwa mereka terlalu lugu dalam berpolitik. Lugu atau maaf bodoh itu kog sepertinya mirip. Lha faktanya ddiulang terus menerus dengan cara yang sama.

Jujur, jika publik mau terbuka dan menerima dengan hati dan pikiran yang terbuka tanpa pretensi akan mengakui bhanya partai ini yang menjunjung tinggi nasionalisme tanpa miring-miring dengan partai atau ormas kelompok kanan. Calon yang diusung pun demikian terang benderang dan berkelahi dengan aliran yang sering merecoki negeri ini. Sayang, bahwa  hal tersebut gagal dinyatakan ke hadapan publik, karena kalah dalam memilih strategi.

Arogansi Megawati yang tidak bisa dibantah atau dibalas oleh kader mereka.   Sikap tegas akan mudah digoreng dengan kata arogan oleh rival politik, malah sering kader dan elit mereka menabuh genderang bersama lawan, bukan membentengi ketumnya. Pun ketika Jokowi  masih bersama mereka dalam sembilan tahun berlalu, mereka malah ikut ngehajar,  bukan mendukung.

Pun ketika capres yang mereka usung dikatakan kemlinthi. Tidak ada bantahan atau meminimalisasi dampak itu, malah seolah mereka bersorak-sorak dan si calon harus berjibaku dengan segala hiruk pikuk yang diciptakan pihak lain dengan sangat fasih. Kehabisan energi karena sendirian.

Jokowi kuat itu salah satu faktor lebih gede di sisi relawan. Parpol itu ya sedikit  saja. Terlihat kemampuan PDI-P sebanding dengan perolehan suara Ganjar-Mahfud.  Hal ini gagal dilihat, diantipasi, dan diperbaiki oleh tim PDI-P. Malah mereka seolah memusuhi relawan.

Hal ini lebih jelas menjelang pilkada serentak ini. Jawa Tengah yang biasanya sangat pede untuk jor-joran mengusung kader sendiri, kali ini ngeper. Tidak sekadar malu-malu kucing, namun bener-bener ngeper. Tidak ada nama yang cukup kuat, besar, dan jaminan, baik di kelas calon gubernur ataupun walikota dan bupati. Padahal kader mumpuni sangat luar biasa banyak di kandang banteng itu.

Lihat saja kegenitan akibat "flu banteng", sehingga nama Anies, Airin, dan nama-nama yang dulu adalah kandidat dari partai rival kini malah ikut digadang-gadang.  Jelas bukan soal    pameo politik itu cair, namun karena memang banteng terlihat lumpuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline