Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Belajar Logika dari Banjir Jateng-Ganjar dan Nasrudin Hoja

Diperbarui: 3 Januari 2023   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ganja: Tempo.com

Belajar Logika dari Ganjar- Banjir Jawa Tengah dan Nasrudin Hoja

Banjir melanda pesisir Jawa Tengah di penghujung tahun 22 dan awal tahun 23. Hal yang menarik adalah apa yang Ganjar lakukan. ia menerobos banjir dan masuk ke rumah pompa. Didapati dua pompa rusak, satu sejak cukup lama, satunya baru saja rusak.

Keadaan mendesak, poma untuk mengalirkan air ke laut itu ngadat. Teknisi yang Ganjar langsung telpon mengatakan, karena banjir tidak bisa menuju ke rumah pompa untuk memperbaiki. Apa yang Ganjar katakan sangat logis dan menohok. Saya bisa sampai sini, berarti sampeyan, teknisi itu juga bisa sampai ke tempat itu.

Apakah ini dinas terkait atau pihak ketiga, sama saja. Apalagi itu kog dinas yang abai akan tanggung jawab. Benar, bahwa banjir memang membuat tidak bisa dengan leluasa menuju pada rumah pompa yang harus mendapatkan perbaikan.

Menjadi lingkaran setan jika bersikukuh begitu. Cara biasa kata Ganjar, ini keadaan luar biasa, penanganannya juga kudu luar biasa. Memang  kudu kerja cerdas sekaligus keras. Lha bagaimana tidak jika bersikukuh karena banjir perbaikan pompa tertentu.

Padahal pompa itu salah satu bagian vital untuk menanggulangi banjir. Jika petugasnya bersikukuh menunggu banjir surut, lha buat apa perbaikan pompanya? Apalagi satunya sudah rusak cukup lama. Seolah-olah ini adalah benar. Logis, rasional, dan prosedural. Padahal jika mau berfikir lebih jauh, buat apa pompa rusak di tengah banjir, ada teknisi yang bisa memperbaiki, namun kudu menunggu banjir surut?

Jadi ingat kisah Timur Tengah, Nasrudin Hoja, yang dalam salah satu kisah satirnya menceritakan 10 orang buta yang mau menyeberangi sungai. Cerita ini sering saya pakai menjadi ilustrasi tulisan karena sangat menarik dan banyak terjadi. seolah-olah logis, padahal tidak sama sekali.

Kesepuluh orang buta itu bersepakat membayar satu dinar perorang atas bantuan Nasrudin untuk selamat menyeberangi sungai. Satu demi satu lancar sampai tepi sungai seberang. Pas orang kesepuluh ini paling aneh, setiap diberi tahu kanan eh ia malah melangkah ke kiri, ketika disuruh melompat, ia malah melangkah dengan pelan. Akhirnya ia terbawa arus sungai karena tidak mendengarkan aba-aba dari Nasrudin.

Kepanikan melanda Nasrudin, yang membuat kesembilan rekan-rekannya juga ikutan panik. "Ada  apa Nasrudin?" tanya mereka panik.

"Oh aku kehilangan satu dinarku," jawab Nasrudin ngasal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline