Kominfo, Puncak Siberkreasi, dan Pernikahan Kaesang
Jogya istimewa kemarin terjadi. Ada dua peristiwa besar, pernikahan putera bungsu Presiden Jokowi Kaesang. Contoh anak muda yang biasa becanda dalam menggunakan media sosial. Ia bisa mengesampingkan komentar, status, atau tanggapan yang berisi bully-an, baik pada dirinya atau bapak, keluarganya.
Siberkreasi itu bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan kecakapan digital. Pendidikan dan apliksi digital itu menjadi penting. Lihat saja bagaimana selama ini dunia digital kita dipenuhi dengan sumpah serapah, penipuan, dan penyebaran berita bohong.
Dunia politik menggunakan media sosial dan ranah digital untuk hal-hal yang tidak semestinya. Pembentukan opini dengan menyebarkan berita keliru, pasukan dunia maya yang mencaci maki pihak yang berseberangan, dan sejenisnya. Gebrakan Kominfo dengan siberkreasi ini mau membawa dunia digital yang sehat.
Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Sibernasi menyelenggarakan Siberkreasi Netizen Fair Di Yogyakarta. Peserta 1000 offline dan 50.000 online. Harapannya adalah makin cerdas, positif, kreatif, produktif, dan bertanggung jawab dalam mengunakan ruang digital.
Hal yang selama ini sering menjadi persoalan antara orang tua dan anak-anak remaja. Bagaimana anak-anak main gadget terus, dan orang tua hanya mengeluh atau meminta blokar blokir saja. Di sinilah peran Siberkreasi, bagaimana pemanfaatan ruang digital itu bertanggung jawab dan positif. Misalnya hanya main games, mengapa tidak malah menjadi kesempatan untuk menjadi pemain games profesional atau malah pembuat gamesnya?
Begitu banyak peluang dengan digitalisasi saat ini. membuka toko, menulis, content creator, video kreator, dan memiliki televisi sendiri karena program ASO. Kesempatan, namun malah cenderung hanya mengeluh, menghujat, dan merasa terbebani.
Kaesang dan Gibran itu menjadi contoh, bagaimana mereka menggunakan media sosial dan ruang digital dengan sangat tepat, baik, dan positif. Membalas caci maki dengan slengekan dan selera humor yang tinggi.
Peluang itu bisa juga menjadi bencana, ketika sikap mentalnya memang tidak siap dan hanya berkubang pada keadaan negatif. Peluang tidak bisa terjadi jika hanya berkutat pada hambatan dan kesulitan.
Kesempatan begitu luas, jangan malah berkubang pada caci maki persoalan yang tidak jelas. Paket data itu bisa menguras pendapatan, namun dunia digital juga menyediakan kesempatan, bahwa uang itu datang ke kita.
Era kerja dari rumah, uang dikirim ke rekening, dan juga bisa belanja dari rumah pula. Semua bisa terkendali dengan digital. Sayang jika teknologi digital namun sikap mentalnya masih manual.