Lukas Enembe Lebih Digdaya dari Setya Novanto
Siapa tidak kenal Setnov, politikus licin antarwaktu. Mulai dari Orde Baru sampai era Jokowi ia selalu eksis. Kena batunya saat pemerintahan Jokowi. Entah benar masuk bui atau tidak, yang jelas ia disidang dan divonis penjara.
Drama demi drama tercipta. Naik turun ketua DPR-RI dan berujung nabrak tiang listrik, upaya lepas dari jerat hukum. Pelariannya membuat dokter dan pengacara ikutan terseret masuk kurungan karena ikut serta dalam upaya menghalangi pemeriksaan.
Toh orang kuat dan licik, mantan ketua umum partai Golkar, mantan ketua DPR-RI, dan puluhan tahun masuk anggota dewan pusat, terkapar di tangan penegakkan hukum. Upaya melarikan diri dengan berbagai skenario toh gagal.
Kini, ada orang kuat lagi, jauh lebih digdaya. Politik dan kepentingannya memang lain, sehingga lebih pelik, sulit, dan ribet. Penggunaan massa, jauh dari pusat, dan jelas perlindungan orang kuat melingkupinya. Tidak mudah.
Lebih menjadi menarik adalah kedatangan ketua, ingat ketua KPK sendiri untuk memeriksa tersangka korupsi. Di dampingi dua jenderal aktif, pangdam dan kapolda untuk melakukan pemeriksaan.
Digdaya benar ini, bagaimana gubernur di tengah kemiskinan dan gejolak penduduk Papua, namun pemeriksaan KPK tidak bisa, malah izin berobat ke Singapura. Papua kaya, dana otsus gede, namun kesejahteraan dan pembangunan Papua masih jauh dari harapan.
Pemeriksaan kesehatan saja harus dari Singapura, jadi wajar desas-desus ia biasa main kasino di luar negeri. Pantas saja dana gede tidak membantu secara signifikan penduduk dan kawasan Papua. Bayangkan daerah, APBD berapa saja yang dipakai untuk menanggung gaya hidup pemimpin model demikian?
Anak dan istri pun tidak datang memenuhi panggilan KPK. Luar biasa, bagaimana si pejabat, ketika keluarganya saja berani berbuat seperti itu? Lagi-lagi ini adalah arogansi dan gambaran kepemimpinan yang menjadi gaya si pejabat.
Kedatangan dokter dan perawat dari Singapura. Luar biasa, bagaimana Papua harus membeayai gaya hidup pejabatnya yang korup di tengah keadaan Papua yang masih kudu mengejar ketertinggalan dengan saudara sebangsa dan setanah air. Kekayaan alam mereka luar biasa, jangan menuduh dan mengatakan Jakarta atau Indonesia yang jahat, tapi pemimpin yang itu adalah saudara sendiri, tapi tega.