polisi ke istana jalan kaki, Detik.com
Teddy Minahasa, dan Momen Polisi Kehilangan Simbol Kuasa, serta Perang Bintang
Belum lama ini terdengar ada Kapolda yang menyita KTA seorang paspamres. Meminta si sersan mengambil KTA ke komandannya, dari bintara meminta jenderal, ini sebuah hal yang menggambarkan betapa arogannya seorang berpangkat di negeri ini. Seperti apa susahnya orang yang sudah minta maaf. Benar, kondisi itu tidak terekspose dengan sepenuhnya.
Kisahnya yang senada, bagaimana gaya hidup jenderal polisi yang mengenakan baju seharga Rp. 12 juta. Tentu akan diperlengkapi dengan sepatu, celana, dan biasanya jam tangan dengan harga fantastis. Bagaimana profil dan gaya hidup seperti itu, padahal presiden saja bajunya sangat biasa.
Keadaan yang masih tetap cukup menghebohkan juga ada di korp baju coklat ini. Ketika ada jenderal yang mengupaya skenario atas kematian bintara dengan menjadikan tamtama tumbal utama. Sampai saat ini menjelang sidang perdana masih mencoba mencari alibi dan menjadikan tamtama sebagai pelaku yang memukul dengan berlebihan.
Pengacara Ferdy Sambo mengatakan, jenderal itu hanya memerintahkan menghajar, tidak membunuh. Berbeda dengan skenario awal adanya baku tembak. Si tamtama lebih konsisten dari pada si jenderal yang hampir selalu berubah-ubah, yang pasti mencari selamat sendiri.
Teddy Minahasa
Ditangkap dengan dugaan perdagangan narkoba. Menarik, karena ia jenderal yang cukup sengit untuk menjadikan Sambo sebagai sansak, ketika mendesak penegak hukum dan juga publik mengungkap jaringan judi yang ditengarai ada Ferdy Sambo di sana. Tidak perlu waktu lama sama-sama bintang dua tertangkap koleganya sendiri.
Hal yang cukup bagus bagi perbaikan citra polisi. Usai dugaan perdagangan narkoba dan juga mungkin perjudian, siapa tahu nanti ada juga kisah porstitusi, perdagangan manusia, atau terorisme dan gerakan ideologi yang akan satu demi satu dibongkar. Keberanian membuang kanker di tubuh Polri itu penting. Jangan di anggap biasa-biasa saja.
Tiji Tibeh.