Labuan Bajo Destinasi Premium, Johnny Plate: Tingkatkan Kreativitas dan Inovasi
HUT 77 Republik Indonesia, Keadilan Sosial itu semakin nyata dan konkret bagi seluruh anak negeri. Pembangunan dari Sabang hingga Merauke bukan sekadar slogan atau lagu semata. Kini, NTT dengan Labuan Bajo-nya mau setara dengan kawasan Bali, Toba, Borobudur, tujuan wisata internasional.
Perhatian pemerintah pusat bukan hanya mengambil hsil tambang atau aset daerah saja untuk dipakai membangun Jakarta dan Jawa semata. Keadilan dan juga persatuan bukan sekadar jargon mati pada kata-kata. Apalagi jika bicara pembangunan fisik, seperti infratruktur. Jalan tol sudah membentang di setiap pulau.
Cucu Soeharto dalam pendaftaran partai besutannya mengatakan mau mengurangi utang negara. Bagus dan keren cita-citanya. Utang negara itu hal biasa, lumrah, normal, karena semua negara di dunia ini memiliki utang. Apalagi jika masih aman secara bijak dalam mengelola utang. Kekayaan negara, kemampuan membayar masih terjangkau mengapa tidak?
Aapalagi jika utang itu terlihat dalam pembangunan yang masif. Padahal di masa-masa lampau, utang gede, pembangunan seuprit, termasuk yang dibanggakan cucu yang menglaim sebagai bapak pembangunan itu. jalan tol hanya di Jakarta, sepenggal di Semarang, lainnya hanya melihat via media, bahwa ada jalan berbayar. Bandingkan sekarang hampir seluruh negeri sudah melihat, merasakan, dan bahkan menikmati jalan tol yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya dengan lebih cepat.
Pembangunan kawasatan wisata pun 11 12 dengan pembangunan infrastruktur. Kekayaan negeri ini melimpah ruah, sayang hanya dikelola oleh amatiran namun sok jagoan ala militer. Dua kali tentara mengelola negeri ini hanya jualan mimpi dan itu-itu saja yang dibangun. Identik. Pembangunan 42 tahun kalah dengan sipil yang hanya baru delapan tahun.
Johnny Plate mengajak warga, bahwa destinasi wisata internasional ya harus digarap oleh seluruh lapisan masyarakat. Terutama kaum muda yang memiliki inovasi dan daya kreasi. Mengapa kaum muda? Orang-orang tua itu biasanya sudah nyaman, merasa cukup, dan gagap ketika menghadapi masalah atau adanya goncangan.
Padahal sejatinya kemajuan itu bisa dicapai jika melewati goncangan dan perubahan itu. saatnya yang muda ada di depan untuk menyongsong Indonesia yang lebih kuat dan jaya.
Peran agama, tokoh dan lembaga agama, bukan dalam konteks semua menggunakan terminologi agama, atau malah agama menjadi sebuah bumerang, bukan. Namun bagaimana agama menjadi mitra lebih baik dalam mengelola pariwisata. Salah satu contohnya Gereja Katolik memiliki gerakan cinta lingkungan, sebagaimana seruan Paus Fransiskus Laudato Si. Johnny Plate mengajak Gereja membangun Labuan Bajo yang bebas sampah plastik.
Bebas sampahplastik menjadi sebuah gaya hidup, bukan hanya sekadar slogan atau tulisan di mana---mana tanpa makna dan aksi. Tidak. Kesadaran untuk tidak mengotori darat dan laut dengan sampah, terutama plastik. Ini persoalan besar di mana-mana bahwa orang Indonesia abai, tidak disiplin, dan malah seenaknya sendiri membuang sampah.
Membangun kesadaran itu tidak soal agama, namun karakter dan sikap batin yang memang harus selalu diingatkan, digalakan, dan diulang-ulang. Ini memang sebuah upaya dan perlu kerja keras.