Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Kebebasan Angelina Sondakh dan Kerinduan AHY

Diperbarui: 4 Maret 2022   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angie: KOmpas.com

Kebebasan Angelina Sondakh dan Kerinduan AHY

Beberapa hari lalu, AHY mengatakan kalau masyarakat merindukan kepemimpinan Demokrat. Mengenai benar atau tidak klaim itu tidak penting. Jauh lebih menarik adalah, ketika hanya selang waktu cukup singkat, malah salah satu kader mereka, Angelina Sondakh keluar dari bui.

Tentu saja publik pada paham, siapakah Angelina Sondakh dan reputasinya dari artis menjadi politikus dan berujung pada bui karena kasus korupsi. Kisah lama yang tentunya kembali terkuak karena pembebasan dan hari kemerdekaannya, usai 10 tahun mendekam di tahanan.

I juga salah satu bintang iklan KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI.   Namun malah terjerat kasus korupsi dan masuk penjara termasuk lama juga. Bagaimana apa yang  menjadi semboyan, slogan, dan kampanye partai mercy malah satu demi satu antri masuk bui.

Ketika pemimpinnya mengatakan pada rindu pemimpin dari Demokrat, eh malah Semesta mengingatkan kembali pada kisah kelam mereka pada masa lalu. Hal yang pastinya mau dikubur dalam-dalam. Apakah mereka  mampu keluar dari kelamnya masa lalu itu? Tidak. Mengapa?

Kader Demokrat terlalu fokus pada masalah dan mencari kelemahan Jokowi. Ini fatal. Mereka tidak siap menjawab ketika yang dulunya mengantri masuk bui, kini satu demi satu keluar dari sana.

Memang tidak akan cukup keberanian, termasuk Anas Urbaningrum untuk membuka secara gamblang apa yang terjadi dengan keuangan dan Demokrat.  Tetapi Demokrat harusnya siap jawaban yang   mumpuni, bukan sekadar lip service atau bahkan mencari kambing hitam.

Masalah Demokrat itu bukan pada Jokowi atau dari luar. Namun dari dalam sendiri yang cenderung rapuh. Kepemimpinan yang tidak cukup mampu mengakomodasi isu-isu terbaru. Fokus pada kejayaan masa lalu, yang kini sangat terlihat bahwa itu semua hanya rekayasa, banyak  hal yang tidak cukup meyakinkan publik bahwa mereka memang mampu.

Terlalu fokus pada pihak lain, dalam hal ini Jokowi, namun abai berhitung dengan cermat. Kalkulasi politik itu juga penting. Bagaimana mereka 2019  hanya menjadi penonton. Jabatan-jabatan strategi gelaran pilpres mereka tidak terlibat. Boro-boro capres, cawapres saja tidak, bahkan tim pemenangan saja tidak juga.

AHY harus memahami realitas ini. Bagaimana mereka selama   ini jadi bulan-bulanan publik tidak mengolah isu. Tetapi terus saja diulang-ulang.

Belum lagi kisah gelap massa lalu dengan istilah mangkrak dan katakan tidak pada(hal) korupsi. Mereka masih kedodoran menjawab hal ini. susah karena mereka tidak memikirkan itu sebagai sebuah belenggu bagi perjalanan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline