Literasi dan Talenta Digital, Guru juga Perlu Paham
Menarik, apa yang seorang rekan pada media sosial, di mana anaknya mengatakan mau menjadi youtuber dan programer di masa depan. Hal yang lumrah bagi generasi era ini menggeluti dunia yang seolah hanya hobi bagi generasi masa lalu.
Apa yang guru itu lakukan adalah, melarang dan meminta si anak untuk mengganti cita-citanya. Pola pikir konvesional, menjadi guru, dokter, pilot, dan sejenisnya yang sangat berbau era dan pemikiran si guru. Hal yang sejatinya juga tidak salah-salah amat. Hanya saja menjadi lucu dan aneh, ketika di zaman digital seperti ini, cita-cita anak masih terlalu konvensional seperti dulu .
Dunia ke depan itu semua berupa digital. Era konvensional sudah saatnya ditinggalkan. Bagaimana mungkin ketika genggaman tangan sudah digital, android, namun sikap mentalnya masih analog dan konvensional seperti itu.
Masalah, cita-cita anak teman tadi, sangat berbahaya, jika berhadapan dengan guru, pendidik, dan orang dewasa yang ternyata belum paham seperti apa dunia digital harus dihadapi dan disikapi.
Johnny Plate selaku Menkminfo, mendapatkan penugasan dari Presiden Jokowi untuk mempersipakan, infrastruktur, literasi fdigital, dan juga talenta digital untuk menatap masa depan. Tidak kalah penting adalah payung hukum, atau peraturan penunjang dunia digital agar makin aman bagi semua yang bergerak dalam alam digital.
Cita-cita menjadi youtuber memang bisa keliru, karena sangat mungkin lima hingga 10 tahun ke depan sudah masa senja kala bagi media berbagi video ini. Toh sekarang pun sudah mulai tersaingi dengan adanya media serupa, tik tok. Masih terdepan sih.
Jika guru itu paham dunia digital, akan mengarahkan muridnya menjadi content creator. Jadi tidak semata menjadi youtuber. Jauh lebih luas dan lebih besar peluangnya menjadi content creator, karena bisa menjadi apa saja dengan basis pengetahuan, ketrampilan, dan juga kemampuan yang masih sama.
Programer itu jawaban masa depan. Semua perlu yang namanya program. Bahasa pemrograman. Kita tentu tahu namanya media percakapan, media sosial, toko online, semua perlu program. Bahasa program yang perlu dikuasai. Jika mampu pemrograman, kita bukan semata menjadi konsumen atas capaian dan hasil dari pihak luar negeri.
Percuma jika pembangunan infrastruktur, satelit, jaringan 5G, BTS menyebar di mana-mana, namun pola pikir gurunya masih konvensional. Literasi digital sudah digeber, namun menyasar kaum muda dan berjiwa muda.