5 Alasan Sepinya Demo BEM SI yang Mau Melumpuhkan Jakarta
Demo yang mengultimatum Presiden Jokowi agar mengangkat kembali Novel Baswedan berlangsung tidak cukup signifikan. Taglinenya mau melumpuhkan Jakarta, jika tidak menjadikan Novel sebagai pegawai KPK. Mengapa tidak berjalan sebagaimana mestinya?
Ada beberapa alasan yang cukup mendasar untuk dikupas lebih lanjut,
Pertama, ini masa pandemi. Artinya apa? Orang tetap enggan untuk berkumpul, berkerumun, dan mengadakan aksi yang melibatkan banyak orang.
Hal yang sangat wajar. Apalagi pernah menyaksikan pandemi gelombang dua yang demikian dasyat. Bagi pihak-pihak yang masih berpikir lurus, enggan lah mengikuti aksi yang seperti itu.
Sangat berbeda, jika belum ada gelombang covid kedua yang demikian mencekam keadaannya. Rumah sakit susah diakses, oksigen yang sangat dibutuhkan menjadi langka. Itu ada di depan mata. Tentu enggan terjadi lagi, dan itu menjadi pertimbangan banyak pihak yang diajak tentu saja.
Kedua. Alasan yang digunakan untuk demo tidak cukup mendasar. Pro dan kontra banyak terjadi secara tidak seimbang. Narasi yang berkembang sepi dari pihak yang kontra.
Soal TWK banyak yang setuju Novel dan kawan-kawan tidak lolos ya sudah. Hanya pihak-pihak tertentu dan itu tidak cukup kuat untuk membuat aksi seperti demo.
Pembelaan-pembelaan selama ini juga cenderung semu, tidak banyak berdampak, dan hanya begitu saja. Tiba-tiba malah alasannya sudah berubah lagi. Mau yang mana yang dibela, wong nyatanya mereka sendiri tidak konsisten.
Ketiga, BEM SI sudah biasa mengadakan aksi dan tidak cukup memberikan dampak. Wajar, ketika aliansi BEM lain malah mempertanyakan.