Jangan Marahin Maling Risma!
Cukup aneh dan mengejutkan, keluar pernyataan dari seorang pimpinan yang pernah dinyatakan sebagai lembaga tertinggi negara era Orba, MPR, pejabat yang marah-marah saja itu tidak bisa bekerja. Apakah benar demikian?
Lha bagaimana pejabat yang sedikit-dikit baper, konpres, dan menuding pihak lain selalu melakukan ketidakadilan? Atau bagaimana pejabat yang tidak pernah berbuat apa-apa? Enak ya, jadi pejabat yang santun dalam tindakan dan perilaku, namun di balik itu malah menggarong uang dengan tidak peduli rakyat sedang prihatin.
Risma memang dikenal sebagai pejabat yang suka memarahi jajarannya yang tidak becus bekerja. Menjadi aneh adalah, ketika ada kesalahan, ketidakbenaran, dan dimarahi kog malah ditegur? Ini lagi-lagi salah satu penyakit negeri ini.
Sebelum membaca perihal Risma disoal oleh pimpinan majelis, pagi-pagi cukup terkejut, membaca seorang perias yang menuliskan pengalaman dikelabui klien. Hal ini bukan yang pokok, namun ada yang lebih aneh adalah, banyak yang membela bahwa perbuatan mengelabui oleh si klien ini baik-baik saja.
Malah perias ini seolah menjadi pihak yang salah, dihakimi sebagai mata duitan, perhitungan, dan sebagainya. Bayangkan saja, jika ada dua belah pihak mengadakan transaksi ada salah satu pihak yang mencari keuntungan pribadi dengan menutup-nutupi salah satu bagian. Apa yang terjadi? masih membela yang tidak terus terang?
Kisahnya adalah, ada calon pengantin yang meminta jasa rias untuk persiapan photo pranikah. Ternyata riasan itu untuk pernikahan. Ada perbedaan harga paket memang, dan perhitungan si perias masuk akal dengan berbagai perhimbangan teknis.
Masalah yang perlu dilihat lebih jauh adalah komentar yang mempersalahkan si perias. Lagi-lagi pengulangan penyakit negeri ini. Pro dan kontra itu hal yang wajar saja, apalagi namanya alam demokrasi. Namun ketika korban dan pelaku malah berbalik arah dan status, ini ada yang tidak beres.
Hal yang sama terjadi pada Risma yang memarahi pejabat yang menghambat dana bansos untuk sampai kepada yang berhak. Dalam hitung-hitungan, mereka, yang dimarahi Risma ini berpotensi mendapatkan keuntungan yang luar biasa besar. Nah, marah ini pada konteksorang waras, sudah benar atau salah?
Ingat, kisah bansos ini sudah membawa menteri masuk bui. Data yang kacau balau, semua ditimpakan kepada Menteri Sosial yang katanya begini dan begitu. Mengapa tidak ada yang menegur pejabat atau menteri sebelumnya, eh malah menteri yang sedang bekerja dan melakukan tugasnya dikatakan keliru.
Aneh, naif, atau maaf bloon sih, para pekerja keras bangsa ini selalu saja dimaki, disalah-salahkan, dicari-cari kesalahannya. Padahal begitu banyak pejabat tidak bekerja, puluhan tahun tidak membawa perubahan mereka diam saja. Apa sih sumbangsih Muhaimin, Zulkifli, Fadli Zon, atau Prabowo? Pernah tidak mendengar teriakan ganti, turunkan, atau mbok kerja dikit saja? Tidak bukan?