Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Gibran, Kombinasi Jokowi-Ahok

Diperbarui: 5 Mei 2021   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

medcom.id

Gibran, Kombinasi Jokowi-Ahok

Melihat sepak terjang Gibran, orang langsung mengaitkan dengan Jokowi. Ternyata cukup berbeda. Jokowi lebih tenang, ini bukan soal usia, namun mengenai tabiat.  Sikap dan cara dalam hidup. justru modelnya terutama dalam berpolitik dan memimpin ada unsur Ahok-nya di sana.

Ketegasan dan cepat, tidak kenal kompromi. Berbeda dengan Jokowi yang Jawa banget, politis, kompromi itu ada dalam bagian politik yang dijalani dengan baik selama ini. kekuatan Jokowi dalam mengatasi masalah dengan cara ini.

Sabar, kompromistis-diplomatis, dan mau menunggu. Berbeda dengan Ahok yang model salah ya salah, bukan pemain politik yang kadang-kadang perlu mengalah untuk menang. Apa yang dianggap salah ya salah. Padahal dalam politik masih bisa ada antara untuk mengajak pihak lain sekubu dengan kita.

Gibran ternyata malah cenderung seperti Ahok kombinasi Jokowi, bukan sebaliknya. Cukup cepat belajar. Di mana pas pelantikan Presiden Jokowi pertama, ia orang yang di belakang, tidak mau diekspose, wajah marahnya ya terlihat dengan nyata. Ternyata hanya dalam hitungan tahun sudah berubah sangat jauh berbeda. Ingat, ia masih muda, emosional dan meledak-ledak itu sangat lumrah.

Sebelum pelantikan, usai dinyatakan menang, oleh Tempo ia dituding ikut main dalam korupsi bansos yang menyeret Mensos, Juliari Batubara. Tas yang dianggap permainan Gibran. Jawabannya sangat sadis, telak, lebih baik main PLN atau Pertaminan dari pada sekadar tas. Model Ahok, bukan Jokowi.

Eh kemarin, ada lurah yang minta THR, khas model masa lalu. Langsung ia pecat, karena Sabtu, menunggu Senin. Apa yang i lakukan, hari itu adalah mengembalikan uang yang dikutip bersama dengan camat, sambil minta maaf.  Belum pernah ada yang seperti ini.

Hal baru model kepemimpinan ini. Kerja keras dan cerdas, sudah biasa karena memang menurun dari bapaknya. Hal yang tidak bisa disangkal.

Tetapi Gibran ini belum apa-apa masih memberikan banyak indikasi baik. Iya memang, dan itu masih belum cukup. Jangan sampai diriwuki oleh para politikus yang minim prestasi. Mengapa?

Orang bisa menjadi keblinger, merasa diri lebih dari yang lain dan jadi lupa daratan. Rasionalitasnya kacau dan malah menjadi lupa diri dan bisa berabe.

Tegas, lugas, dan apa adanya itu baik. Namun ingat, ini adalah politik. Di mana permainan itu sangat dinamis. Yang kemarin memuja setinggi langit sangat mungkin jadi penghujat sedalam lautan. Ingat dan belajar dari kisah Ahok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline